Rabat (ANTARA News) - Maroko telah menangkap 330 aktivis kelompok oposisi Islam garis keras penting di beberapa kota menyusul laporan bahwa kelompok tidak sah itu merencanakan pemberontakan tahun ini, kata sejumlah pejabat kelompok itu Jumat. Sejumlah pejabat Al-Adl wa al-Ihsane (Keadilan dan Kemurahan Hati) mengatakan, satu dari pemimpin mereka, Mohamad Abdelli, dan 181 anggota lainnya ditangkap di Oujda, 541 Km di timur ibukota Rabat, dan di kota kecil Beni Modhar yang berdekatan, Kamis malam. "Polisi menyerang dua tempat para anggota itu mengadakan pertemuan dan menangkap mereka sebelum mereka mengosongkan kantor dari apapun yang mereka temukan di dalam, termasuk komputer dan buku," kata seorang pejabat kolompok tersebut. Seorang pejabat lainnya mengatakan: "Semuanya 148 saudara (anggota Al-Adl) ditangkap di Rabat dan tiga kota lainnya Rabu dan dua hari sebelumnya". "Semua orang yang ditangkap dibebaskan kemudian, tapi penangkapan massal itu belum pernah terjadi sebelumnya sejak kami melancarkan kampanye `Pintu Terbuka` berpekan-pekan lalu di beberapa kota," kata pejabat itu. Tidak ada pejabat yang mau disebutkan namanya. Ia mengatakan, pemerintah telah menutup kantor kelompok itu di Oujda dan menempatkan sejumlah polisi untuk mencegah akses ke kantor tersebut. "Ini untuk pertama kalinya pemerintah mengambil keputusan untuk menutup kantor. Pada masa lalu, mereka mengerahkan polisi secara rahasia untuk melihat tanpa campurtangan," katanya menambahkan. Al-Adl, yang menjauhkan diri dari kekerasan, diberi tolerasi tapi tidak diakui sebagai sebuah kelompok yang sah. Jurubicara al-Adl Fathallah Arslane mengatakan, tindakan keras itu dipicu oleh apa yang ia katakan sebagai laporan dan komentar berprasangka di sejumlah surat kabar anti-Islam mengenai kegiatan kelompok tersebut. Sejumlah surat kabar dan komentator mengatakan, pemimpin Al-Adl wal al-Ihsan, yang merupakan kelompok oposisi terbesar dengan kira-kira 250.000 anggota, telah meminta para pengikut mereka bersiap-siap untuk (melakukan) a Qawma (intifada) tahun ini guna mendirikan sebuah negara Islam garis keras paling murni.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006