Kuala Lumpur (ANTARA News) - Indonesia dan Malaysia, dua negara produsen terbesar minyak sawit, bekerjasama untuk menentukan harga produk minyak sawit sebagai bagian dari perluasan kerjasama kedua negara di sektor komoditas perkebunan itu, tulis laporan media di Kuala Lumpur, Jumat. Nota kesepahaman, yang ditandatangani kedua negara, Kamis, akan menghindari upaya pengendalian harga minyak sawit oleh negara-negara non-produsen seperti Singapura dan Eropa, tulis koran New Strait Times. "Sekarang waktunya kami, negara produsen, menentukan harga minyak kelapa sawit dan tidak membolehkan harga diatur oleh pihak lainnya," kata Menteri Pertanian Anton Apriyantono sebagaimana dikutip media tersebut saat acara penandatanganan. "Kedua negara akan berkoordinasi mengenai skema manajemen suplai dan permintaan serta menyakinkan tidak akan ada kekurangan di seluruh dunia," kata Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Peter Chin. Pakta itu mendorong kedua negara melobi negara-negara seperti India, yang memberlakukan pajak impor tinggi atas minyak kelapa sawit dibandingkan minyak kedelai, katanya. Hal itu juga menjaga Indonesia dari upaya pemotongan harga yang dilakukan Malaysia. Meski begitu, Chin membantah kemitraan tersebut adalah sebuah kartel untuk mengendalikan harga, kutip Kantor Berita Bernama, Malaysia. Perjanjian tersebut, dimana di dalamnya termasuk produk lada dan coklat, akan mengembangkan sektor komoditas perkebunan kedua negara dan menjajaki kerjasama dalam suplai dan permintaan, katanya. Chin menyatakan, kedua negara akan membentuk komite bersama untuk membahas secara mendalam strategi yang diperlukan dalam kerjasama tersebut, termasuk kemungkinan membentuk usaha patungan. Malaysia dan Indonesia memproduksi sekitar 80 persen pasokan minyak sawit dunia. Indonesia diperkirakan memproduksi 15,2 juta ton pada 2006, sedikit melampaui Malaysia yang ditargetkan memproduksi 15,1 juta ton minyak sawit. Perusahaan-perusahaan Malaysia, yang mengalami kendala lahan perkebunan, mencoba melakukan kerjasama investasi di Indonesia, dimana sekarang sudah lebih dari 20 perusahaan terlibat dalam industri perkebunan sawit di Indonesia, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006