Islamabad (ANTARA) - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan memenuhi panggilan pengadilan pada Sabtu setelah sebelumnya ia mengungkapkan kekhawatiran atas penangkapan dirinya, di tengah kebuntuan dengan pemerintah yang berujung bentrok dengan para pendukungnya.
Di saat bersamaan, polisi mendatangi rumah Khan di Lahore.
Khan menghadapi banyak tuntutan hukum, termasuk dakwaan atas penjualan secara tidak sah hadiah yang diberikan kepadanya oleh pejabat asing saat ia menjabat.
Beberapa jam sebelumnya, mantan legenda kriket tersebut mengatakan kepada Reuters ia telah membentuk komite untuk memimpin partainya bila ia ditahan.
Khan memimpin aksi protes nasional setelah ia digulingkan tahun lalu dan menghadapi sejumlah dakwaan. Upaya polisi untuk menahannya pada Selasa menemui kegagalan.
Polisi memasuki propertinya setelah Khan masuk pengadilan Islamabad. Awal minggu ini, polisi yang berupaya menahan mantan PM tersebut terlibat bentrok dengan para pendukung Khan di depan rumahnya.
Khan yang tertembak dan terluka saat berkampanye pada November lalu, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ancaman terhadap nyawanya lebih besar dari sebelumnya.
Tanpa memberikan bukti, ia menegaskan bahwa lawan politik serta militer ingin menghalangi pencalonannya pada pemilu akhir tahun ini.
Pihak militer dan pemerintah belum memberikan tanggapan atas tudingan itu.
Mantan pemimpin berusia 70 tahun itu datang bersama para pendukungnya di kompleks pengadilan yang dijaga ketat.
Pengadilan sebelumnya mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Khan terkait kasus tersebut karena ia mangkir dalam persidangan sebelumnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pengadilan Pakistan tangguhkan lagi penangkapan Imran Khan
Baca juga: Ribuan warga Pakistan protes percobaan penangkapan eks PM Imran Khan
Baca juga: Polisi dan pendukung bentrok sebelum Imran Khan ditangkap
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2023