Palu (ANTARA News) - Bulog Sulawesi Tengah (Sulteng) hingga pekan keempat Mei 2006 belum juga berhasil membeli gabah untuk stok nasional karena petani setempat enggan menjual gabah hasil panen mereka dengan alasan harganya lebih murah ketimbang beras. "Pengadaan gabah untuk memenuhi kebutuhan stok nasioal (stoknas) di Sulteng hingga kini masih nihil," kata Kepala Bulog setempat, Darsono Iwan Yuwono, kepada ANTARA News di Palu, Jumat. Ia mengatakan, pihaknya melalui mitra kerja KUD/swasta telah berupaya melakukan pembelian, tapi tetap juga belum berhasil. Menurut dia, para petani di daerahnya enggan menjual hasil panen mereka dalam bentuk gabah dikarenakan harga relatif murah ketimbang beras. Dikatakannya bahwa pengadaan beras stoknas di Sulteng baru terealisasi lebih 6.000 ton dari pronogsa (target) pembelian yang ditetapkan Bulog sebanyak 22 ribu ton. Seretnya pengadaan gabah/beras di Sulteng lebih dikarenakan faktor harga pembelian pedagang antar-pulau (PAP) jauh lebih tinggi dibandingkan Bulog. Namun ia tidak merinci, kecuali mengatakan selisih harga patokan pembelian PAP dengan Bulog berkisar Rp250-Rp500/kg. Akibatnya, petani lebih memilih menjual beras mereka langsung kepada PAP dengan harga yang cukup mahal dan tunai. Kondisi tersebut, menurut dia, cukup menyulitkan mitra mereka yaitu KUD/swasta dilapangan untuk dapat bersaing. Kendati demikian Yuwono menegaskan bahwa pihaknya tetap berusaha memenuhi target pengadaan tersebut dengan menurunkan Satgas (Satuan Tugas) di wilayah masing-masing guna membantu mitra kerja Bulog (KUD/swasta) membeli stok petani.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006