Kabul/Dubai (ANTARA) - Puluhan perempuan pengusaha Afghanistan ambil bagian dalam sebuah pameran bisnis di Dubai, Uni Emirat Arab, untuk mempromosikan karpet, perhiasan, makanan kering dan produk kerajinan tangan lainnya sebagai bagian dari upaya memasuki pasar internasional setelah lapangan kerja bagi perempuan di negara itu menyusut selama diperintah rezim Taliban.

Pameran tiga hari yang didukung Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) tersebut dibuka Kamis (16/3) dan melibatkan 26 usaha yang dijalankan para perempuan pengusaha.

Sebagian besar pengusaha wanita tersebut harus mengikuti acara melalui saluran video dari Kabul akibat pembatasan perjalanan dan visa.

Mereka menyatakan bahwa pembatasan kegiatan perempuan di ruang publik dan kondisi ekonomi Afghanistan yang buruk telah menghambat bisnis mereka.

Sementara itu, Rayhana Karim dari Kamar Dagang Wanita Afghanistan yang hadir langsung di Dubai menyatakan para perempuan pengusaha di negaranya berencana membuat jenama "Buatan Perempuan Afghanistan" guna menjangkau pelanggan di luar negeri yang berusaha mendukung hak-hak wanita.

"Para pelanggan di Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab ingin mendukung perempuan Afghanistan, dan kita harus memberi mereka kesempatan untuk itu," kata Karim kepada Reuters.

Ia menyatakan bahwa dengan membeli produk berkualitas buatan perempuan Afghanistan, para pelanggan akan membuat kaum perempuan berdikari secara ekonomi dan merdeka keadaan finansialnya.

Baca juga: Jumlah tenaga kerja perempuan di Afghanistan turun 25 persen

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dalam laporannya menyatakan jumlah tenaga kerja perempuan Afghanistan turun sekitar 25 persen sejak pertengahan 2021 setelah Taliban memerintah Afghanistan.

ILO juga mengatakan bahwa semakin banyak perempuan Afghanistan yang beralih ke wirausaha, seperti bertani atau menjahit, dalam upaya menyangga ekonomi keluarga mereka.

Ekonomi Afghanistan semakin terpuruk karena negara-negara asing membekukan aset bank sentral negara ini, selain juga menjatuhkan sanksi terhadap sektor perbankannya.

Taliban melarang anak perempuan bersekolah dan belajar di universitas dan bekerja untuk badan-badan nirlaba. Beberapa kementerian yang ditangani Taliban juga tidak membolehkan perempuan bekerja di tempat mereka.

Meski demikian, beberapa petinggi Taliban, termasuk menteri perdagangan sementaranya, menyatakan mendukung pengusaha wanita.

Para perempuan pengusaha Afghanistan yang mengikuti pameran bisnis di Dubai itu menyatakan tak akan menyerah.

"Kami kehilangan harapan ketika Afghanistan runtuh ... tapi wanita Afghanistan adalah pejuang, kami akan berjuang dan bertarung. Kami tidak akan membiarkan bisnis kami hilang begitu saja," kata Ziagul Jahani, pengusaha kriya baju dan karpet dari provinsi Parwan di Afghanistan tengah.

Baca juga: Media Afghanistan siarkan diskusi hak wanita di tengah batasan Taliban

Sumber: Reuters

Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023