Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI di Sri Lanka memimpin delegasi kepala perwakilan negara anggota ASEAN dalam pertemuan dengan Presiden Ranil Wickremesinghe pada Rabu (15/3) untuk membahas peningkatan kerja sama.

Delegasi tersebut terdiri dari kepala perwakilan empat negara anggota ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Vietnam, menurut keterangan KBRI Kolombo, Jumat.

Dalam pertemuan itu, Dubes RI Dewi Gustina Tobing menjelaskan kepada Presiden Ranil tentang prioritas ASEAN di bawah Keketuaan Indonesia.

Dia menjelaskan bahwa Indonesia bertujuan menjadikan ASEAN sebagai motor perdamaian dan stabilitas di kawasan dan menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

"Melalui tema 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth', negara-negara ASEAN akan memastikan bahwa ASEAN tetap dan semakin relevan bagi Komunitas ASEAN dan dunia," kata Dewi.

Pada kesempatan itu, Presiden Ranil mengatakan dirinya menghargai peran sentral ASEAN dan menyampaikan keinginan Sri Lanka untuk menjalin kerja sama yang lebih erat dengan ASEAN.

Dia juga mengharapkan peningkatan arus investasi dan wisatawan dari negara-negara ASEAN, mengingat kedua bidang tersebut hanya menyumbang sebagian kecil dari investasi dan pariwisata Sri Lanka.

Para kepala perwakilan negara ASEAN menanggapi positif harapan Presiden Ranil itu dan menyatakan kesediaan mereka untuk meningkatkan hubungan perdagangan dua arah dengan Sri Lanka.

Mereka juga bersedia mengembangkan lebih banyak akses pasar antara Sri Lanka dan masing-masing negara ASEAN, serta memajukan kerja sama di berbagai bidang yang bermanfaat bagi pembangunan ekonomi Sri Lanka, baik secara individu dalam hubungan bilateral maupun dalam kerangka kerja ASEAN.

Pertemuan itu juga mencatat bahwa Sri Lanka telah bergabung dengan ASEAN Regional Forum (ARF) dan penandatangan ASEAN Treaty Amity Cooperation (TAC).

Tentang hubungan bilateral Sri Lanka-Indonesia, Presiden Ranil memberikan perhatian positif atas ajakan Dubes RI untuk segera meluncurkan perundingan perjanjian perdagangan istimewa (Preferential Trade Agreement/PTA) di antara kedua negara serta dorongan bagi pencabutan kebijakan pelarangan penanaman kelapa sawit.

Dubes Dewi menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berbagi ilmu dan keahlian di bidang kelapa sawit dengan Sri Lanka.

Dia juga berbagi pengalaman mengenai kontribusi positif kelapa sawit bagi ekonomi Indonesia dengan tetap memperhatikan lingkungan melalui program Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Ekspor utama Sri Lanka ke negara-negara ASEAN pada umumnya berupa pakaian jadi, mutiara dan teh, sementara impor umumnya terdiri dari bahan bakar, minyak, karet, dan mesin.

Baca juga: Sri Lanka sambut wisatawan pertama China dalam 3 tahun terakhir
Baca juga: Sri Lanka akan luncurkan aplikasi seluler untuk lindungi wisatawan

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023