Denpasar (ANTARA News) - Penggunaan generator oleh kalangan hotel di Bali dalam mengantisipasi pemadaman listrik secara bergilir akibat terganggunya jaringan listrik Jawa-Bali akan menimbulkan kerugian yang lebih besar. "Dalam situasi pariwisata Bali yang lesu pasca tragedi bom yang meledak di Kuta dan Jimbaran akan menimbulkan beban yang cukup berat jika harus mengoperasikan genarator," kata Resident Manager Inna Grand Bali Beach Sanur Made Bagiada, di Denpasar, Kamis. Hal yang sama juga diakui pemilik Hotel Santrian grup di Sanur, Ida Bagus Sidharta Putra, bahwa pengoperasian genarator disaat tingkat hunian tidak lebih dari 30 persen menambah biaya yang cukup berat. Dengan tingkat hunian hanya sepertiga dari kapasitas 280 kamar untuk menggaji 500 karyawan setiap bulannya harus mengambil tabungan di bank. "Kondisi itu akan lebih parah jika harus mengoperasikan dua buah generator yang masing-masing berkapasitas 600 KVA dan 197 KVA," kata Sidharta Putra. Ia menyadari kelangkaan energi listrik yang harus dihadapi Bali disaat pariwisata Bali yang sangat lesu. Untuk itu dalam mengoperasikan jenset harus menggunakan solar dengan harga untuk sektor industri Rp5.100 per liter. Mengoperasikan genarator biayanya jauh lebih mahal ketimbang menggunakan tenaga listrik yang disediakan PLN. Inna Grand Bali Beach yang memiliki 523 kamar setiap bulannya menurut Bagiada harus membayar rekening listrik berkisar Rp900 juta hingga Rp1,3 miliar. "Kalau lagi harus menggunakan genarator tentu biaya operasionalnya cukup mahal sehingga menambah beban yang harus ditanggung, sementara tingkat hunian hotel tidak lebih dari 50 persen," ujar Bagiada. Sementara Humas PLN Distribusi Bali, Wayan Redika mengharapkan masyarakat pelanggan aliran listrik melakukan penghematan khususnya saat beban puncak antara pukul 17.00-22.00 Wita. Sedangkan kalangan hotel diharapkan dapat mengoperasikan generator dalam membantu mengatasi kelangkaan energi saat beban puncak, meskipun listrik di Bali aman, setelah beroperasinya PLTU Paiton Unit 2 dan Paiton Unit 5 yang sempat terganggu pasokannya beberapa hari lalu, jelas Redika.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006