Pontianak (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin meminta kepolisian mengusut tuntas kasus kekerasan saat dialog lintas agama di Purwakarta, Selasa (23/5), serta menindak pelakunya sesuai hukum yang berlaku. "Muhammadiyah menyesalkan dan prihatin dengan terjadinya kasus kekerasan di Purwakarta yang menimpa sejumlah aktifis sosial oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan lembaga keagamaan," kata Din Syamsuddin kepada ANTARA di Pontianak, Kamis. Ia menambahkan, kita mengecam setiap dan semua bentuk kekerasan karena kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan merupakan kejahatan serta pelanggaran hukum. "Tindak kekerasan dan anarkisme dapat menggoyahkan sendi-sendi integritas bangsa dan menghambat proses demokratisasi yang tengah terjadi," ujarnya. Oleh karena itu, Din meminta kepolisian untuk mengusut tuntas secara tuntas peristiwa Purwakarta tersebut dan menindak pelakunya sesuai hukum yang berlaku. Din juga menghimbau kepada seluruh umat beragama khususnya umat Islam untuk selalu waspada dan tidak mudah terjebak kepada hasutan dan provokasi untuk melakukan tindak kekerasan dan anarkisme atas nama agama yang sengaja direkayasa justru untuk mendeskreditkan agama itu sendiri. Namun, pada sisi lain, Din juga meminta kepada berbagai pihak, baik tokoh agama, organisasi kemasyarakatan (Ormas) maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), untuk tidak melakukan tindak-tindak yang dapat memancing emosi elemen masyarakat lain dengan menampilkan kekerasan kata-kata dan sikap. "Karena apa yang mereka perbuat dengan sering melontarkan kata-kata yang nyelekit dan nyeleneh serta menyinggung perasaan orang lain adalah juga bentuk kekerasan. Kekerasan kata-kata tidak kalah kejamnya dengan kekerasan fisik, keduanya harus kita kecam," kata Din. Sebelumnya, dalam sebuah dialog lintas agama dan etnis dengan pembicara mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid di Purwakarta, Selasa lalu, berlangsung ricuh menyusul aksi sekelompok massa yang memicu keributan. Menurut salah seorang panitia penyelenggara dialog, Abdul Khotib, para pengunjuk rasa berasal dari Front Pembela Islam (FPI) yang menuntut Gus Dur meminta maaf karena telah mengeluarkan pernyataan yang mengundang emosi massa dan menghina FPI.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006