Jakarta (ANTARA) - Staf khusus Menteri Kesehatan Prof dr Laksono Trisantoro mengatakan produksi benang bedah yang dilakukan PT Kalbe Farma TBK sangat penting dan berpotensi untuk ekspor.
"Sangat penting ini potensial untuk ekspor karena teknologi ini tidak seperti MRI atau CT Scan itu yang agak susah, tapi kalau seperti ini potensi ekspor tinggi sekali untuk bangsa kita," ucapnya saat ditemui di Seminar Nasional PT Kalbe Farma TBK di Jakarta, Kamis.
Guru Besar di Fakultas Kedokteran dan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada ini mengatakan tahun 2022 lalu, terjadi kenaikan belanja alat kesehatan, tetapi hanya untuk teknologi menengah dan rendah. Sementara untuk alat kesehatan teknologi tinggi, masih didominasi oleh produk impor.
Untuk itu, perlu ada kerja sama berbagai pihak untuk meningkatkan awareness guna mengganti produk luar negeri dengan produk lokal.
“Impornya biasanya dari China tergantung bahan bakunya, ada dari Jerman untuk motor tempat tidur, hal seperti ini yang kita perlu gantikan dengan produk dalam negeri,” ucapnya.
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat hindari transaksi jasa titip obat impor
Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berperan dalam membuat regulasi penggunaan produk dalam negeri. Kemenkes juga mengupayakan agar fasilitas kesehatan (faskes) yang menggunakan anggaran belanja negara dapat menggunakan alat kesehatan dan obat-obatan produksi dalam negeri, baik dalam proses pelayanan maupun untuk keperluan akademik.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Dra. Lucia Rizka Andalucia mengatakan, berdasarkan data Kemenkes, jumlah izin edar alkes dalam negeri tahun 2022 meningkat 2,3 kali lipat dibandingkan tahun 2019, yakni sebanyak 5.427 pada 2019, menjadi 12.524 pada tahun 2022.
Kemudian, transaksi alkes dalam negeri di e-catalogue tahun 2022 meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan tahun 2019-2021. Tahun 2019-2021 sebanyak 12 persen, sedangkan tahun 2022 sebanyak 30 persen.
"Kami berupaya dengan terus melakukan monitoring dan mengkaji penggunaannya, serta ada keputusan Menteri Kesehatan supaya menggunakan produksi dalam negeri. Kami melakukan berbagai kegiatan business matching setahun delapan kali, kami ingin melakukan pemahaman kepada para user, baik itu kualitas, bagaimana penggunaannya, dan bagaimana post marketing service-nya," ucap Lucia.
Peningkatan produksi alat kesehatan dalam negeri diharapkan dapat mengubah pemikiran bahwa produk lokal bisa bersaing dengan produk impor dan dapat memperbesar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai standar yang ditetapkan pemerintah.
Baca juga: Menkes inventarisasi masalah layanan kesehatan lewat Public Hearing
Baca juga: Jubir: RUU Kesehatan tidak menempatkan BPJS dalam struktur Kemenkes
Baca juga: Kemenkes: RS vertikal harus jadi pengampu layanan kesehatan di daerah
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023