Jember (ANTARA) - Nama Jember Fashion Carnaval (JFC) sudah tidak asing lagi didengar, bahkan parade busana sepanjang 3,6 kilometer di Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang menjadi agenda tahunan itu sudah dikenal luas hingga mancanegara karena segudang prestasi yang ditorehkan.

Meskipun sang Maestro Dynand Fariz telah tiada, JFC tetap bisa terlaksana dengan konsep yang luar biasa setiap tahunnya dan dikemas secara unik, sehingga tetap eksis hingga menjadi perhatian dunia.

Mimpi sang Maestro untuk menjadikan Kabupaten Jember sebagai kota karnaval dunia tidak berhenti begitu saja, meskipun Dynand Fariz telah meninggal dunia. Upaya itu masih dilanjutkan oleh para penerusnya untuk berinovasi kreatif dengan menggandeng berbagai pihak.

Salah satunya adalah membangun Kampoeng Creative JFC yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kecamatan Arjasa, dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jember.

Presiden JFC Budi Setiawan menceritakan bahwa mimpi sang maestro pendiri dan inisiator JFC ingin menjadikan Jember sebagai kota tujuan wisata karnaval yang berkelanjutan dan tidak hanya dengan kegiatan tahunan JFC.

Dengan demikian amanah Pemerintah Kabupaten Jember yang mendaulat manajemen JFC mengelola Kampoeng Creative tersebut sebenarnya menjadi titik zero bagi manajemen JFC untuk membangun Jember dalam konteks pemberdayaan sosial. Jadi kegiatan lebih banyak berinteraksi dengan semua elemen masyarakat secara berkelanjutan.

Manajemen JFC tidak hanya membangun sebuah kegiatan, tetapi membangun ekosistem masyarakat yang melibatkan semua lintas sektor, seniman, budayawan, masyarakat umum, dan organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan sinergi dan kolaborasi mewujudkan sebuah kota destinasi wisata berkelanjutan.

Budi Setiawan yang biasa dipanggil Iwan mengatakan bahwa Kampoeng Creative JFC merupakan wadah berkolaborasi untuk mengenalkan sejarah, budaya, ragam potensi wisata, dan kota karnaval kepada anak-anak, masyarakat luas, bahkan wisatawan dari luar daerah hingga mancanegara.

Ada beberapa hal utama yang ditawarkan di Kampung Creative JFC. Pertama, adanya ruang Museum Jember Ekspose yang akan mengenalkan Jember secara utuh yang dimulai dengan kacamata sejarah Jember.

Di ruang museum tersebut, pengunjung akan mendapatkan informasi mengenai bagaimana kebudayaan masyarakat Jember, sehingga diharapkan akan menegaskan identitas kebudayaan masyarakat dan tentu juga mendapatkan informasi mengenai pariwisata, kuliner, dan berbagai macam hasil kesenian daerah penghasil tembakau itu.

Kemudian terdapat pusat galeri informasi dan edukasi tentang JFC yang akan mengulik tentang JFC secara keseluruhan dalam perjalanan selama 20 tahun hingga penghargaan yang diraih dan terdapat obituari sang founder JFC Dynand Fariz yang menceritakan bagaimana perjuangan putra asli Jember itu membesarkan karnaval tahunan hingga dikenal dunia dan masuk kalender wisata internasional.

Tidak hanya itu, anak-anak sekolah didatangkan secara periodik untuk mengenalkan semuanya, mulai sejarah hingga melakukan show perform, sehingga ada sesuatu yang mereka lihat, belajar, dan lakukan sampai akhirnya bisa mengenalkan Jember dalam sebuah kisah teatrikal.

"Hal itu bisa menjadi pembelajaran dalam kurikulum merdeka bagi anak-anak pelajar karena nantinya akan ada pelatihan, worskhop hingga pertunjukkan yang mereka tampilkan sendiri," katanya, dalam perbincangan dengan Antara.

Untuk menjaga keberlangsungan edukasi, pihak Kampoeng Creative JFC akan menjalin kerja sama dengan sekolah-sekolah melalui sistem merdeka belajar, sehingga para siswa dapat berkunjung serta menggali informasi di kampung kreatif yang menjadi penguatan kurkulum merdeka.


Dongkrak ekonomi

Keberadaan Kampoeng Creative JFC tersebut mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jember, bahkan Bupati Jember Hendy Siswanto mengakui bahwa pihaknya menyelipkan nama JFC dalam kampung kreatif itu agar bisa ikut tersohor luas, seperti karnaval busana JFC yang sudah mendunia.

Hendy bersama Ketua Tim Penggerak PKK Jember Kasih Fajarini dan President JFC Budi Setiawan meresmikan Kampoeng Creative JFC tersebut pada 10 Maret 2023 yang dihadiri oleh para seniman, budayawan, forum komunikasi pimpinan daerah, para pimpinan OPD, dan masyarakat di sekitar RTH Arjasa.

Beragam kesenian tradisional, parade busana JFC, dan dongeng sejarah Jember yang dibacakan anak-anak dengan menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Inggris menjadi pembuka kampung kreatif tersebut sangat spektakuler dan luar biasa.

Kampoeng Creative JFC menjadi pintu masuk bagi wisatawan untuk menuju berbagai objek wisata di Kabupaten Jember karena semua informasi pariwisata disediakan di tempat itu.

Dari Kampoeng Creative JFC itu memanfaatkan ruang terbuka hijau sebagai tempat berbagai kegiatan pariwisata, di antaranya edukasi budaya untuk para siswa di ruang terbuka, praktik teatrikal drama, edukasi seni lukis dan musik, dan banyak lagi lainnya.

Tidak hanya itu, kampung kreatif juga dirancang sebagai pusat UMKM untuk menjajakan produk unggulannya, sehingga pengunjung bisa mengenal produk lokal dan kuliner masyarakat Kecamatan Arjasa. Diharapkan hal itu dapat menggerakkan sektor perekonomian yang memunculkan efek ganda.

Kampoeng Creative JFC bisa mewujudkan dan menjadi motor penggerak perekonomian rakyat. Tak hanya itu, dari bentuk kolaborasi bersama OPD terkait, mampu menjadikan wadah kreatif, baik bagi kalangan masyarakat umum, pelajar, hingga mahasiswa.

Pemkab menilai bahawa kebudayaan merupakan faktor penting dalam membentuk jati diri anak bangsa dan mengenalkan sejarah juga menjadi penting, sehingga budaya lokal harus terus dijaga, dirawat, dipelajari, dan dilestarikan. Kampoeng Creative JFC dapat menjadi pusat belajar budaya Jember nantinya.

Dengan beragamnya kegiatan edukasi yang dikemas menarik, maka perekonomian masyarakat di sekitar Kampoeng Creative akan bergerak, sehingga hal tersebut menjadi bonus yang didapatkan masyarakat sekitarnya.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023