Jakarta (ANTARA) - Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi kaum hawa di Tanah Air. Data Globocan pada 2020 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat kasus baru kanker payudara mendekati 66.000 jiwa dengan tingkat kematian lebih dari 22.000 jiwa.

“Namun yang lebih memprihatinkan adalah bahwa 70 persen pasien datang ke dokter sudah dalam stadium lanjut. Padahal, jika diketahui sejak awal peluang kesembuhan lebih tinggi yang mencapai 90 persen,” ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Agum Gumelar, di Jakarta, Kamis (16/3).

Untuk itu, perlu upaya untuk mengedukasi perempuan sehingga dapat memahami pentingnya deteksi dini kanker payudara. Linda menjelaskan perlu upaya semua pihak dalam mengambil langkah-langkah untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat untuk memahami tentang kanker payudara dalam menekan kejadian stadium lanjut.

Kanker payudara jika ditemukan sejak awal atau sejak stadium awal dan langsung diperiksakan ke dokter serta ditangani secara medis maka angka harapan hidupnya lebih tinggi. Linda memberi contoh dirinya yang juga seorang penyintas kanker payudara sejak 1996. Namun, karena diketahui pada stadium awal, kankernya tidak menyebar dan dapat diobati.

Linda meminta para perempuan di Tanah Air, dapat menerapkan periksa payudara sendiri (Sadari) secara rutin. Sehingga dapat mendeteksi jika ada benjolan di payudara.

“Jika ada benjolan di payudara, segera periksakan diri ke dokter juga menjalankan perilaku hidup sehat dengan menerapkan perilaku cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres (Cerdik),” kata Linda.

Sementara itu, Konsultan Bedah Onkologi RS Dharmais, dr Iskandar SpB Subsp Onk(K) MPH, mengatakan pencegahan penyakit kanker payudara stadium lanjut bisa dilakukan dengan tiga cara.

“Pertama adalah Sadari, cara ini dilakukan setiap bulan setelah menstruasi dan untuk wanita berusia kurang dari 20 tahun. Untuk Sadari sebaiknya dilakukan tujuh hingga 10 hari setelah perempuan menstruasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat,” kata Iskandar.

Cara yang kedua adalah periksa payudara klinis (Sadanis). Cara ini dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk wanita umur 20-40 tahun dan setiap tahun untuk wanita berusia diatas 40 tahun. Dan cara yang terakhir adalah Mammografi. Cara itu dilakukan setiap tahun pada wanita berusia 40 tahun ke atas Dengan melakukan tiga cara diatas, lanjut Iskandar, diharapkan dapat mengurangi angka kanker payudara khususnya kanker payudara stadium.

“Untuk perempuan Indonesia, jangan pernah takut untuk memeriksakan diri ke dokter jika terjadi hal-hal yang tidak wajar pada payudara. Peduli dan hindari rasa takut itu adalah kunci untuk menekan angka kanker payudara stadium lanjut,” imbuh Iskandar.

Tanda-tanda yang perlu diwaspadai yang menunjukkan gejala kanker payudara diantaranya benjolan di payudara atau ketiak, baik disertai rasa sakit maupun tidak.

Tanda lainnya yakni adanya cairan yang keluar dari puting, puting tertarik ke dalam, ada perubahan ukuran dan bentuk payudara, perubahan warna kulit payudara, perubahan warna di areola, dan luka di daerah puting maupun areola.

Sejauh ini, penyebab kanker payudara didominasi oleh faktor internal yakni genetika yang mana mencakup 85 persen dari angka penyebab keganasan kanker payudara.

Faktor internal disebabkan adanya kegagalan mekanisme perbaikan pada level DNA, sehingga menyebabkan sel yang abnormal dan menetap hingga berubah menjadi sel kanker. Sekali lagi, dia mengingatkan pentingnya melakukan deteksi dini, terutama yang keluarganya memiliki riwayat kanker.

Kolaborasi

Ketua Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW) Kalimantan Timur, drg Hj Suryani Astuti MSi, mengatakan perlu upaya sosialisasi yang lebih masif lagi agar para perempuan semakin menyadari bagaimana cara pencegahan penyakit kanker payudara.

“Melalui sosialisasi terkait kanker payudara ini, maka para perempuan dapat memahami apa yang dimaksud dengan kanker payudara dan bagaimana cara pencegahan agar tidak terkena kanker payudara,” kata Suryani.

Perlu upaya kolaborasi dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk pencegahan kanker payudara. Dengan demikian diharapkan semakin banyak perempuan Indonesia yang mendapatkan edukasi dan tahu cara pencegahan kanker payudara.

“Saya menyambut baik atas prakarsa yang digagas oleh YKPI dan juga BKOW seluruh Indonesia. YKPI telah memberikan pembelajaran, pengetahuan dan pencerahan tentang bahayanya kanker payudara ini. Semoga kegiatan ini berlanjut terus menerus sehingga setiap perempuan bisa memahami tentang bahayanya kanker payudara sehingga bisa memberikan solusi terbaik untuk dirinya sendiri dan keluarga,” kata Ketua BKOW Kalimantan Utara, Hj Ainun Farida ketika didaulat untuk memberikan sambutan dalam acara yang diadakan secara virtual ini.

Sekretaris Umum BKOW Kalimantan Barat, Lili Santi SE, mengatakan sosialisasi tentang deteksi dini kanker payudara sangat bermanfaat bagi para perempuan di Indonesia. Dia juga berharap para perempuan dapat berbagi informasi tentang cara skrining deteksi dini kanker payudara pada seluruh perempuan.

“Dengan bertambahnya pemahaman masyarakat tentang kanker payudara ini diharapkan terjadi penurunan angka kanker payudara khususnya di provinsi Kalimantan Barat,” ucap Lili.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023