Moskow (ANTARA) - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (14/3) mengatakan bahwa teori yang mengeklaim aktivis Ukraina terlibat dalam ledakan pipa Nord Stream tahun lalu hanyalah "omong kosong," dan menuding Amerika Serikat (AS) sebagai dalang dari apa yang disebutnya sebagai "serangan teroris" itu.
"Kita harus selalu melihat mereka yang memiliki ketertarikan. Secara teoretis, AS tentu saja tertarik untuk menghentikan pengiriman energi Rusia ke pasar Eropa dan memasok energinya sendiri, termasuk gas alam cair, meskipun harganya 25 hingga 30 persen lebih mahal dari pasokan Rusia," kata Putin dalam sesi wawancara dengan sebuah program televisi Rusia.
"Sulit bagi kami untuk melakukan penyelidikan sendiri jika kami tidak diizinkan datang ke lokasi serangan teroris ini. Fakta bahwa ini merupakan serangan teroris bukan lagi rahasia bagi siapa pun. Menurut saya, semua orang sudah mengetahuinya. Selain itu, serangan teroris ini jelas dilakukan di tingkat negara karena tidak ada pihak amatir yang bisa melakukan tindakan seperti itu," kata Putin.
"Ledakan semacam ini, dengan kekuatan sebesar itu, dan di kedalaman seperti itu hanya dapat dilakukan oleh para ahli dan didukung oleh semua kekuatan yang dimiliki suatu negara dengan teknologi tertentu," paparnya.
Rusia telah meminta otoritas Denmark untuk memeriksa jalur pipa Nord Stream mengingat alat peledak kemungkinan masih tertanam di sana, namun "respons mereka tidak jelas ... Mereka mengatakan bahwa kami harus menunggu," ungkap Putin.
Putin meyakini bahwa Nord Stream masih memiliki masa depan apabila para mitra Eropa peduli dengan kepentingan nasional.
"Dalam praktiknya di dunia, tidak ada contoh perbaikan untuk sistem semacam itu setelah kejadian yang sedemikian parahnya, namun secara teoretis, semuanya memungkinkan," ucap Putin seraya menambahkan, "Ini membutuhkan waktu, biaya, dan beberapa teknologi baru."
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan bulan lalu, pemenang penghargaan Pulitzer Prize, Seymour Hersh, mengungkapkan bahwa AS bermitra dengan Norwegia dalam sebuah operasi rahasia pada Juni 2022 untuk menanam bahan peledak yang dapat diaktifkan dari jarak jauh, yang menghancurkan tiga dari empat pipa Nord Stream tiga bulan kemudian.
Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023