"Warganegara Amerika diminta menghindari perjalanan ke Timor Timur dan mereka yang sudah berada di negara itu perlu mempertimbangkan untuk pergi," kata Kemlu AS.
Washington (ANTARA News) - Pemerintah AS merintahkan keluarga diplomat dan pegawai tertentu di Kedutaan Besar AS di Dili untuk segera meninggalkan Timor Timur di tengah pemberontakan prajurit pembangkang. "Karena keadaan keamanan saat ini, semua pegawai tidak penting di Kedutaan Besar AS di Dili telah diperintahkan meninggalkan Timor Timur," kata Kementerian Luar Negeri AS dalam peringatan perjalanan yang dikeluarkan Selasa malam. Pemerintah Timor Timur telah meminta bantuan internasional untuk mengatasi kerusuhan yang menewaskan dua orang pekan ini. "Warganegara Amerika diminta menghindari perjalanan ke Timor Timur dan mereka yang sudah berada di negara itu perlu mempertimbangkan untuk pergi," kata kementerian itu dalam pernyataannya yang disiarkan AFP. Kementerian Luar Negeri AS menyatakan, mereka khawatir atas ancaman-ancaman potensial bagi keselamatan pribadi warga Amerika di Timor Timur "karena kekerasan yang bermotif politik dan komunal yang terus berlangsung". Kekerasan meletus di Dili bulan lalu setelah 600 prajurit dipecat ketika mereka meninggalkan barak mereka setelah mengeluhkan diskriminasi dalam kenaikan pangkat. Pawai belum lama ini untuk mendukung kelompok prajurit yang dipecat itu berubah menjadi kekacauan setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah massa, yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan lima orang. Selasa, dua orang yang mencakup seorang prajurit Timor Timur tewas dan lima lain cedera dalam dua tembak-menembak terpisah dengan pasukan pembangkang itu. Kementerian Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika agar menghindari Dili pusat, Becora, daerah pinggiran barat dan Fatuahi, dan mengatakan, orang-orang Amerika harus menghindari demonstrasi dan kerumunan massa dalam jumlah besar. Australia dan Portugal sepakat mengirim pasukan ke Timor Timur, Rabu, setelah menerima permintaan bantuan dari pemerintah di Dili.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006