Tokyo (ANTARA News) - Jepang memahami posisi Indonesia menyangkut kebijakan ekspor gas alam cair (liquified natural gas, LNG) ke Negeri Matahari Terbit di masa mendatang yang hanya dapat dilakukan bila produksi Indonesia berlebih, kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Tokyo, Rabu. "Mereka selalu ingin kita memberikan kepastian, apakah kita tetap mengekspor LNG atau tidak," katanya kepada para wartawan yang ikut dalam kunjungan kerjanya ke Jepang. Atas pertanyaan kalangan pengusaha dan pemerintah Jepang itu, Wapres selalu menjawab bahwa semua komitmen kontrak yang sudah berjalan tetap dijalankan, tetapi perpanjangannya, apabila sudah jatuh tempo, tidak semudah itu lagi. "Karena kita juga membutuhkan gas yang luar biasa," katanya. Buktinya, tambah Wapres, lantaran Indonesia sangat konsisten untuk memenuhi kontrak dengan Jepang, tiga pabrik pupuk Indonesia tutup, yakni Asean Fertilizer, Pupuk Iskandar Muda (PIM) I, dan PIM II. "(Pabrik pupuk) Kujang megap-megap, listrik kita di Jakarta megap-megap karena (kebutuhan) gasnya yang terlalu, karena itu kita minta maaf. Lho gas itu milik Indonesia, jadi kalau memang ada kelebihan baru kita ekspor, yang pokok adalah untuk kepentingan bangsa," kata Wapres. Wapres menegaskan, bila kontrak kerjanya sudah ada yang jatuh tempo maka keberadaan LNG harus dipakai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu untuk kepentingan industri nasional. "Kalau (Jepang) ingin industri yang murah, datang ke Indonesia, itu jalan keluarnya. Itu dan mereka memahami, terima kasih kita paham," kata Wapres menyampaikan kesan yang ditangkap oleh pihak Jepang. Kalla menyatakan bahwa sekarang posisi Indonesia jelas mengenai kebijakan ekspor LNG dan pihak Jepang memang membutuhan hal itu. Ia menambahkan, terdapat kontrak kerja yang akan jatuh tempo pada tahun 2008 dan ada yang jatuh tempo tahun 2010. "Mereka akan hitung setelah (jatuh tempo) itu," kata Wapres.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006