Magelang (ANTARA) - Para petani dari sejumlah desa di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mendapat pelatihan membuat biosaka dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang di Magelang, Selasa, menjelaskan biosaka merupakan metode pertanian ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai nutrisi alami bagi tanaman.

Biosaka pertama dicoba tahun 2006 oleh petani dari Blitar Muhamad Anshar.

Biosaka adalah bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan yang diketahui mampu melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dan mampu menekan penggunaan pupuk mencapai 50 hingga 90 persen.

"Biosaka itu bukan pupuk, biosaka merupakan salah satu elisitor atau jaringan atau penguat jaringan bahwa tanaman itu memerlukan hormon-hormon untuk tumbuh," katanya.

Ia menyampaikan biosaka digalakkan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2022 setelah biosaka itu ditemukan seorang petani muda dari Blitar tersebut.

Melalui penelitiannya ternyata bermacam tanaman atau rumput ternyata bisa memberikan efek tumbuh untuk suatu tanaman, salah satunya dedaunan atau tanaman-tanaman sekitar wilayah tempat tinggal masing-masing bisa menumbuhkan banyak hormon.

Menurut dia biosaka di Kabupaten Magelang sebenarnya sudah dilakukan di balai penyuluh pertanian (BPP) beberapa kecamatan, salah satunya di Kecamatan Secang yang sudah mengaplikasikan untuk tanaman cabai.

Berdasar pengalaman teman-teman PPL Secang, katanya mendapatkan hasil patek yang sering menyerang tanaman cabai berkurang, kemudian virus bule juga bisa terkendali.

"Kemudian saya sendiri yang tadinya tidak percaya biosaka itu, namun setelah saya praktikkan untuk budi daya anggur ternyta setelah dua minggu menggunakan biosaka anggur bisa berbunga walaupun sebelumnya itu menggunakan buster itu tetapi tidak bisa," katanya.

Ia menjelaskan menggunakan biosaka dengan kandungan tertentu yang sudah ada aturannya bisa untuk meminimalisir penggunaan pupuk kimia, berarti beralih kembali ke alam.

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023