Singapura (ANTARA) - Dolar AS merana di dekat level terendah di awal sesi Asia pada Selasa pagi, karena kekhawatiran krisis sistemik yang lebih luas setelah jatuhnya pemberi pinjaman yang berfokus pada teknologi AS membuat para pedagang berspekulasi bahwa Federal Reserve dapat menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif.
Kegelisahan pasar terus mengatur nada untuk hari perdagangan kedua berturut-turut setelah keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, meskipun Presiden AS Joe Biden pada Senin (13/3/2023) berjanji untuk mengambil tindakan guna memastikan keamanan sistem perbankan AS.
Selama akhir pekan, otoritas AS meluncurkan langkah-langkah darurat untuk menopang kepercayaan perbankan.
Kejatuhan itu membuat para pedagang mengurangi spekulasi tentang seberapa jauh Fed akan terus menaikkan suku bunga, memicu kenaikan tajam di dana berjangka Fed dan membuat dolar AS jatuh.
Greenback mengalami kerugian besar dari sesi sebelumnya di awal perdagangan Asia, dan terakhir sedikit lebih tinggi terhadap yen Jepang di 133,42, setelah turun 1,4 persen sehari sebelumnya.
Demikian pula, sterling turun 0,19 persen menjadi 1,2159 dolar, meskipun tetap mendekati puncak satu bulan di 1,2200 dolar yang dicapai di sesi sebelumnya. Euro turun 0,09 persen menjadi 1,0719 dolar, tetapi juga tidak jauh dari puncak satu bulan pada Senin (13/3/2023) di 1,07485 dolar.
Runtuhnya SVB - kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan 2008 - telah menyoroti apakah kenaikan suku bunga Fed, yang membawa suku bunga dari mendekati nol persen tahun lalu menjadi lebih dari 4,5 persen saat ini, telah mengungkap keretakan di antara para pemain kunci di salah satu sektor perbankan terbesar dan paling saling berhubungan di dunia.
"Krisis SVB menyoroti fakta bahwa ... ketika Anda menaikkan suku bunga cukup banyak, biasanya Anda melihat siapa saja yang rentan," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank.
"Dan argumen itu berlaku tidak hanya untuk AS, tetapi di seluruh dunia ... Terlepas dari kenyataan bahwa pihak berwenang di AS telah memberikan jaminan keamanan bahwa deposan akan baik-baik saja, investor tidak tahu apakah mereka akan baik-baik saja, dan karena itu mereka berlomba mencari jalan keluar."
Perkiraan pasar sekarang menunjukkan peluang 31 persen bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakannya minggu depan, dengan penurunan suku bunga diharapkan pada awal Juni dan hingga akhir tahun.
Kenaikan suku bunga Fed dan ekspektasi seberapa tinggi suku bunga AS akan menjadi pendorong besar reli dolar.
Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS naik 0,09 persen menjadi 103,77, setelah meluncur 0,9 persen sehari sebelumnya dan mencapai level terendah satu bulan di 103,47.
Aussie turun 0,29 persen menjadi 0,6648 dolar AS, membalikkan sebagian dari kenaikan 1,3 persen di sesi sebelumnya, sementara kiwi turun 0,18 persen menjadi 0,6209 dolar AS, setelah melonjak 1,4 persen pada Senin (13/3/2023).
Laporan inflasi utama AS akan dirilis pada Selasa, yang dapat menambah teka-teki Fed tentang apakah harus tetap pada jalur kenaikan suku bunga untuk menjinakkan tekanan harga yang terus-menerus, atau menahan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut untuk memberi sistem perbankan beberapa ruang bernafas.
Analis Goldman Sachs pada Minggu (12/3/2023) mengatakan mereka tidak lagi memperkirakan Fed akan memberikan kenaikan suku bunga pada pertemuan 22 Maret sehubungan dengan tekanan baru-baru ini.
"Daripada melanjutkan dengan pengetatan moneter lebih lanjut ... Fed menemukan dirinya dalam ikatan yang mengerikan," kata Eric Vanraes, manajer portofolio di Eric Sturdza Investments. "Sangat mungkin bahwa tidak akan ada kenaikan dana Fed sebesar 50 basis poin pada 22 Maret.
"Jangka panjang, guncangan dalam sistem perbankan AS dalam beberapa hari terakhir akan mematikan kebijakan moneter Fed yang membatasi kenaikan suku bunga yang besar."
Baca juga: Dolar melemah, prospek suku bunga Fed naik memudar setelah SVB runtuh
Baca juga: Emas melonjak 49,30 dolar dipicu kekhawatiran kegagalan bank-bank AS
Baca juga: Rubel Rusia naik tajam karena intervensi perbankan AS rugikan dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023