kita membutuhkan program pemberdayaan lansia di dunia digital
Kendari (ANTARA) - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Kendari memberikan edukasi kepada lanjut usia (lansia) di sejumlah gereja di Kota Kendari, agar bijak dan aman ketika bermedia sosial melalui Program Akademi Digital Lansia (ADL) Tular Nalar.

Koordinator Wilayah Mafindo Kendari Marsia Sumule Genggong di Kendari, Senin mengatakan Program Tular Nalar merupakan sebuah program literasi digital dilaksanakan dengan dukungan Google berfokus terhadap literasi digital untuk pengembangan berpikir kritis.

"Tema literasi digital yang dibawakan kali ini adalah aman dan pintar di media sosial. Jadi, kami melatih lansia agar memiliki kecakapan digital dalam berinteraksi di media sosial agar terhindar dari praktik kejahatan dunia maya," katanya.

Dia menyampaikan, melalui program tersebut pihaknya melatih lansia agar dapat melindungi data pribadi di dunia maya, melakukan pemeriksaan fakta dengan menggunakan beberapa metode dan alat bantu serta membekali pengetahuan lansia agar mampu menjadi agen literasi digital.

Mafindo Kendari menyelenggarakan kegiatan Akademi Digital Lansia bekerja sama dengan Gereja Protestan Sulawesi Tenggara (Gepsultra).

Baca juga: Mafindo targetkan enam ribu lansia terliterasi digital
Baca juga: Pegiat medsos: Sudah saatnya literasi digital masuk kurikulum

Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gereja Ora Et labora (Orel) diikuti oleh 100 orang lansia yang merupakan jemaat dari beberapa gereja, seperti jemaat Mepokoaso, Maranata, Mahanaim, Efrata, Immanuel, Getsemani, Oikumene, dan Ora Et Labora.

Menurut Ketua Program Studi Jurnalistik FISIP Universitas Halu Oleo (UHO) ini, lansia merupakan individu yang dihormati dan disayangi. Rasa hormat yang besar dalam budaya Indonesia menjadikan lansia tokoh sentral dalam keluarga dan masyarakat.

Dia mengakui dukungan dalam keluarga dari anak, cucu, dan pengasuh pun bisa saling menguatkan peran mereka. Namun peran lansia dalam dunia digital sering tidak dihiraukan, padahal kelompok ini dapat diberdayakan secara digital.

"Pemberdayaan lansia ini dapat meliputi penguatan pemahaman terhadap lanskap media sosial, serta keamanan dan privasi. Dengan program ini diharapkan warga lansia dapat menularkan literasi digital yang baik pada keluarga dan lingkungannya," kata Marsia.

Penanggung jawab Program Tular Nalar Jumrana mengatakan Akademi Digital Lansia adalah sebuah kegiatan yang mendorong lansia untuk berpikir kritis dalam menerima informasi di dunia maya.

Baca juga: Aktivis: Pentingnya literasi digital untuk penggunaan medsos
Baca juga: Ketua DPD RI dorong literasi digital cegah konten medsos tak mendidik

Dia menyampaikan, berdasarkan data yang ia kutip dari sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, dari 270,20 juta jiwa, 11,56 persen merupakan kelompok Baby Boomer (55-70 tahun) atau lansia.

Sedangkan survei data Insight Center (KIC) menemukan hanya 28 persen Baby Boomers yang memiliki indeks literasi digital tinggi. Kelompok ini rentan terhadap paparan konten negatif di media sosial.

"Sebagai digital immigrant, lansia lahir dalam situasi di mana media digital belum ada. Kemudian, mereka harus ramai-ramai pindah ke dunia yang sepenuhnya digital. Kebiasaan maupun budayanya, jelas sangat berbeda," katanya.

Menurutnya, perhatian terhadap permasalahan warga lansia dalam penggunaan media digital sangat rendah. Peningkatan kapasitas literasi digital sebagian besar tercurah pada kaum muda, kalangan profesional, atau kelompok produktif lainnya.

Dikatakan, warga lansia kerap menjadi target terakhir dalam gerakan literasi digital, baik di level lokal maupun nasional. Dalam keadaan dilematis seperti ini, warga lansia akhirnya kerap menjadi sasaran penyalahgunaan perangkat digital.

Hambatan interpersonal, struktural dan fungsional menjadikan warga lansia rentan terhadap ekses negatif dunia digital. Mereka gagal melindungi perangkat, data pribadi, dan privasi karena memang tidak memiliki kemampuan dan tidak ada pendampingan atau menjangkau mereka untuk meningkatkan kapasitasnya.

"Ancaman penipuan, hoaks, dan hasutan kebencian juga ada di hadapan mereka. Sehingga kita membutuhkan program pemberdayaan lansia di dunia digital yang lebih komprehensif dan berkelanjutan," ucap Jumrana.

Baca juga: Komisi I DPR RI: Literasi digital kunci wujudkan Indonesia maju

Baca juga: Kominfo: Literasi digital penting cegah konten kekerasan di medsos

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023