Singapura (ANTARA) - Dolar turun tajam di sesi Asia pada Senin sore, di tengah meningkatnya ekspektasi Federal Reserve akan mengambil jalur moneter yang kurang agresif karena pihak berwenang mengambil langkah untuk membatasi dampak dari keruntuhan tak terduga Silicon Valley Bank (SVB).
Pemerintah AS mengumumkan beberapa langkah lebih awal selama hari perdagangan Asia, mengatakan semua nasabah SVB akan memiliki akses ke deposit mereka mulai Senin.
Pihak berwenang juga mengatakan deposan Signature Bank New York yang ditutup pada Minggu (12/3/2023) oleh regulator keuangan negara bagian New York, akan dibebaskan tanpa kerugian bagi pembayar pajak.
The Fed mengumumkan akan menyediakan dana tambahan melalui Program Pendanaan Berjangka Bank baru, yang akan menawarkan pinjaman hingga satu tahun kepada lembaga penyimpanan, yang didukung oleh kementerian keuangan dan aset lain yang dimiliki lembaga ini.
Gejolak pasar dari keruntuhan SVB membuat investor berspekulasi bahwa Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini. Fokus investor sekarang akan tertuju pada data inflasi Selasa (14/3/2023) untuk mengukur seberapa hawkish kemungkinan Fed.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam saingannya, tergelincir 0,55 persen mendekati posisi terendah satu bulan di 103,67 setelah Goldman Sachs mengatakan tidak lagi memperkirakan Fed untuk memberikan kenaikan suku bunga pada pertemuan 22 Maret. Indeks terakhir berada di 103,85.
"Dari perspektif FOMC, kekhawatiran mereka masih inflasi dan inflasi belum benar-benar melambat," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank Of Australia, menambahkan bahwa IHK Selasa (14/3/2023) akan terus menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi.
"Mengingat apa yang terjadi dalam sistem keuangan AS, kenaikan 25 basis poin lebih mungkin terjadi daripada kenaikan 50 basis poin."
Pasar sekarang memperkirakan peluang hampir 18 persen dari Fed mempertahankan suku bunga saat ini dan peluang 82 persen untuk kenaikan 25 basis poin. Sebaliknya, pasar memperkirakan peluang 70 persen untuk kenaikan 50 basis poin sebelum SVB runtuh.
"Ekspektasi suku bunga terminal akan tetap di bawah puncak yang dicapai selama kesaksian Powell Selasa lalu (7/3/2023) dengan pendekatan yang lebih hati-hati kemungkinan setelah krisis ini," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay.
"Episode ini akan berkontribusi pada tingkat volatilitas latar belakang yang lebih tinggi, dengan investor mengawasi dengan hati-hati celah lain yang muncul saat pengetatan kebijakan Fed berlanjut."
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,61 persen versus dolar AS menjadi 134,18 per dolar, setelah menyentuh level tertinggi satu bulan di 133,58 di awal sesi.
Euro naik 0,72 persen pada 1,072 dolar, melayang di dekat level tertinggi satu bulan di 1,0737 dolar yang dicapai sebelumnya. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2114 dolar, naik 0,71 persen hari ini.
Dolar Australia melonjak 1,31 persen menjadi 0,666 dolar, dan berada di jalur kenaikan persentase satu hari terbesar sejak 6 Januari. Kiwi naik 1,0 persen pada 0,620 dolar AS.
Bitcoin dan mata uang kripto lainnya menguat, dengan bitcoin terakhir 11,74 persen lebih tinggi pada 22.454,09 dolar AS. Ethereum terakhir naik 12,48 persen pada 1.604,10 dolar AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun 14,9 basis poin menjadi 4,439 persen, penurunan tiga hari terbesar sejak Black Monday pada 1987.
Baca juga: Yuan terangkat 280 basis poin menjadi 6,9375 terhadap dolar AS
Baca juga: Minyak jatuh di Asia, kekhawatiran suku bunga naik guncang investor
Baca juga: Saham Asia dibuka beragam di tengah jatuhnya Silicon Valley Bank
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023