Dalam wawancara dengan harian Bild am Sonntag yang diterbitkan pada Minggu, Kuleba menyatakan bahwa kekurangan amunisi adalah masalah "nomor satu" yang menghambat Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Dia mengatakan sejumlah produsen senjata Jerman pada Konferensi Keamanan Muenchen bulan lalu menyatakan kesiapan mereka untuk melakukan pengiriman tetapi menunggu pemerintah Jerman menandatangani kontrak.
"Jadi, masalahnya ada di tangan pemerintah (Jerman)," kata Kuleba.
Dia mengatakan dirinya memperkirakan bahwa negara-negara sekutu Barat dalam waktu dekat tidak akan memberikan jet tempur kepada Ukraina yang telah memintanya sejak lama.
Namun, dia mengatakan pilot Ukraina seharusnya tetap dilatih, sehingga mereka siap ketika ada keputusan soal pengiriman jet tempur itu, tulis surat kabar itu.
Jika Jerman melatih pilot Ukraina, hal itu akan menjadi "pesan yang jelas tentang keterlibatan politiknya", katanya.
Pada kesempatan terpisah, Kuleba mengatakan bahwa Ukraina akan tetap mempertahankan Bakhmut, kota yang telah menjadi target serangan Rusia selama enam bulan terakhir.
"Bila kami mundur dari Bakhmut, apa yang akan terjadi? Rusia akan mencaplok Bakhmut dan melanjutkan serangannya ke Chasiv Yar, sehingga setiap kota setelah Bakhmut akan menghadapi nasib yang sama," kata dia.
Kuleba menolak menjelaskan berapa lama pasukan Ukraina dapat mempertahankan kota itu. Dia membandingkannya dengan orang-orang yang mempertahankan rumah dari perampok yang berusaha membunuh dan mengambil semua harta benda mereka.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk memerangi apa yang disebut oleh Moskow sebagai ancaman keamanan dari hubungan Ukraina-Barat. Kiev dan negara-negara Barat menolak alasan itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ukraina: 500 lebih tentara Rusia jadi korban dalam sehari di Bakhmut
Baca juga: Jumlah tentara Rusia tewas di Ukraina lewati korban tewas 16 perang
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023