Kita ingin Indonesia tak hanya maju dari sisi perdagangan dan politik, tapi juga maju dari sisi budayaJakarta Raya (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny Januar Ali membuka gelaran Parade Puisi di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, dengan mengajak masyarakat memanfaatkan taman kota sebagai arena pengembangan budaya, salah satunya melalui sastra puisi.
"Ini tradisi yang perlu kita hidupkan kembali. Kita kembalikan taman ke asalnya, sebagai simpul kebudayaan”, tutur Denny dalam siaran resmi pada Minggu.
Menurut dia, persoalan budaya terlalu besar jika hanya diserahkan kepada pemerintah sehingga masyarakat diharapkan dapat menghidupkan budayanya sendiri, salah satunya melalui pemanfaatan taman kota.
"Kita ingin Indonesia tak hanya maju dari sisi perdagangan dan politik, tapi juga maju dari sisi budaya," jelasnya.
Selain membangun kebudayaan, pemanfaatan taman kota dengan kegiatan sastra juga diharapkan meningkatkan tingkat literasi masyarakat di perkotaan.
“Kita serukan kepada semua yang peduli, dari Aceh sampai Papua. Bersama kita hangatkan kembali taman-taman kota dengan puisi, dengan sastra, dan budaya”, kata dia.
Pada kegiatan yang dihadiri Ketua Satupena DKI, Nia Samsihono serta pengurus Satupena DKI Nita CH, Denny membacakan puisi karya sendiri berjudul "Ibu, Apakah di Surga Ada TikTok?", kemudian diikuti pembacaan puisi dari pegiat sastra lainnya.
Denny juga membahas pidato "I Have a Dream" dari Martin Luther King yang tidak hanya puitis, namun juga mendorong bangkitnya hak-hak sipil dari ruang publik.
Ia menjelaskan, pidato itu dipengaruhi puisi berjudul “A Dream Deffered” yang ditulis Langstones Hughes pada tahun 1951, atau 12 tahun sebelum pidato “I Have a Dream” disampaikan.
Adapun kaitannya dengan peran sastra di ruang publik, Denny menceritakan bahwa Langstone yang tumbuh dewasa di New York sering menghabiskan waktu di taman, terutama Central Park, untuk membaca buku dan menulis puisi.
"Di taman itu tercipta puisi, yang ternyata ikut memberi inspirasi sebuah pidato gerakan sosial," ujar Denny. "Di era Romawi diceritakan para filsuf, politisi dan penyair sering berjumpa di taman."
Denny kemudian mengutip pernyataan seorang negarawan dan pemikir terkemuka Romawi pada era 106-43 sebelum masehi bernama Marcus Tullius Cicero.
"Jika kau memiliki akses ke perpustakaan dan taman, kau punya akses ke segala hal yang dibutuhkan pikiranmu," begitu kutipannya, sebagaimana disampaikan Denny.
Baca juga: Komisi E ingatkan Jakpro akomodir penuh aktivitas seniman di TIM
Baca juga: Heru bangun 235 taman dalam tiga bulan
Baca juga: Pengunjung Kota Tua keluhkan posisi parkir bus di Kota Intan
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023