Melalui inovasi CME, prevalensi stunting di Kabupaten Demak kini berada pada posisi terendah keempat, setelah pada 2021 lalu menjadi yang tertinggi keempat di Jateng

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa program inovasi Cengkraman Mata Elang (CME) mampu membantu Kabupaten Demak, Jawa Tengah menurunkan angka stuntingnya secara signifikan.

“Melalui inovasi Cengkraman Mata Elang (CME), angka prevalensi stunting Demak yang berdasar hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 berada di angka 25,5 persen, pada 2022 turun jadi 16,2 persen,” katanya dalam taklimat media di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan CME merupakan sebuah program penyesuaian dengan program percepatan penurunan stunting milik Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yakni Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng.

Melalui inovasi CME, prevalensi stunting di Kabupaten Demak kini berada pada posisi terendah keempat, setelah pada 2021 lalu menjadi yang tertinggi keempat di Jateng.

“Hebatnya, selain bertujuan untuk menurunkan stunting, inovasi ini juga bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian ibu dan anak,” katanya.

Inovasi yang mendapatkan penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2021 kategori Dimensi Smart Society itu, juga menekankan pentingnya sinergitas pemerintah desa, masyarakat, serta tenaga kesehatan melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang terstruktur dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di tiap desa.

Meski demikian, Hasto mengingatkan bahwa kendala utama dalam penanganan stunting adalah terkait habitual atau kebiasaan dan perilaku masyarakat. Sehingga setiap pihak tidak boleh mengabaikan stunting yang memberikan dampak buruk dalam waktu yang panjang bagi anak.

“Contohnya saja, perilaku atau kebiasaan konsumsi masyarakat yang menjadikan karbohidrat sebagai menu utama dalam makanan harian tanpa memperhatikan zat gizi lainnya, padahal utamanya (harus) protein (hewani),” ujarnya.

Bupati Demak Eisti'anah menyatakan pihaknya akan serius menangani stunting dengan menentukan lokus penggarapan di enam kecamatan dan 22 desa yang banyak terdapat kasus stunting.

Sebab jika diamati secara geografis, lokus stunting berada di daerah yang kerap terdampak banjir dan sanitasi.

Menurutnya, intervensi spesifik dalam penanganan stunting tidak boleh hanya fokus kepada pemberian asupan gizi saja melainkan juga harus memperhatikan berbagai sisi, salah satunya sanitasi lingkungan.

“Kita tahu Demak itu terkenal denga sungai yang mengalir di sepanjang pantura sebagai tempat buang air besar, tapi sekarang dengan usaha yang begitu lama akhirnya tahun 2022 kemarin Demak dinyatakan ODF (Open Defecation Free),” demikian Eisti'anah ​​​​​​ .

Baca juga: BKKBN: Jateng memiliki prevalensi kasus stunting yang tinggi di Indonesia

Baca juga: Tim UI melakukan studi kasus tengkes di Temanggung-Jateng

Baca juga: Stunting dan TBC Prioritas Penanganan Kementerian Kesehatan Jawa Tengah


Baca juga: Sebanyak 120 anak yatim piatu terdampak COVID-19 di Demak terdaftar dalam JKN-KIS

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023