Jakarta (ANTARA) - Ahli gizi dari RSCM Yudhi Adrianto, S.Gz., SE, MKM, AIFO mengatakan asupan protein secara berlebihan dan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yaitu memengaruhi fungsi ginjal.

"Kalau misalnya proteinnya kelebihan, ginjal akan terjadi dekompensasi dalam filtrasinya. Lama-lama ginjalnya bisa bocor. Kalau ginjalnya bisa bocor akan terjadi gangguan fungsi ginjal ataupun penyakit ginjal," kata Yudhi dalam sebuah webinar di Jakarta, Kamis.

Biasanya diet dengan asupan protein tinggi dan rendah karbohidrat dapat menurunkan berat badan dengan cepat, seperti diet keto. Namun, Yudhi mengingatkan tentang efek jangka panjang yang bisa terjadi jika diet ini terus-menerus dilakukan akan berisiko terhadap metabolisme.

Baca juga: Hipertensi tak terkontrol bisa sebabkan penyakit ginjal

Apabila konsumsi protein berlebihan, maka protein tersebut akan disimpan dalam bentuk lain di dalam tubuh, yaitu dalam bentuk lemak lipoprotein. Protein berubah bentuk menjadi lemak dan disimpan di dalam jaringan adiposa atau jaringan di balik kulit, terutama biasanya disimpan di bagian kulit perut.

Yudhi mengataan kebutuhan protein orang normal berkisar 0,8 gram per kilogram berat badan. Sementara pada diet keto, protein yang dikonsumsi biasanya berkisar antara 1,5-2 gram per kilogram berat badan.

"Di dalam darah juga ada proteinnya yang disaring, di ginjal juga menyaring protein. Kalau misalnya proteinnya kelebihan, ginjal akan terjadi dekompensasi dalam filtrasinya," ujar dia.

​​​​​Baca juga: Diet keto bantu menghalau virus flu

Selain tinggi protein, diet keto juga cenderung tinggi dalam konsumsi lemak. Yudhi mengatakan konsumsi lemak yang tinggi secara terus-menerus juga akan mengakibatkan peningkatan simpanan lemak di dalam tubuh. Sama seperti protein, kelebihan lemak tersebut akan disimpan dalam bentuk lipoprotein.

Diet keto memang efektif menurunkan berat badan dalam jumlah banyak karena tidak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama melainkan menggunakan protein sebagai sumber energi utama. Meski begitu, Yudhi mengingatkan pentingnya asupan glukosa yang tetap dibutuhkan oleh tubuh.

"Otak kita minimal itu membutuhkan 120-180 gram glukosa untuk kehidupan sehari-hari, untuk kita bisa berfungsi dengan baik. Kalau tidak tercukupi, otomatis efek sampingnya misalnya kita akan lemas, kemudian berpikirnya lambat, mudah ngantuk, aktivitasnya jadi berkurang sehingga itu akan mengganggu aktivitas sehari-hari," terang Yudhi.

Oleh sebab itu, Yudhi menganjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada ahli gizi jika masyarakat ingin menjalani diet. Dengan begitu, individu dapat memahami jenis diet seperti apa yang cocok dan sesuai kebutuhan. Jangan sampai akibat diet berlebih serta tanpa anjuran ahli malah terjadi malnutrisi dan risiko infeksi penyakit pun meningkat.

Baca juga: Diet tepat untuk capai resolusi bentuk tubuh ideal

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023