Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia akhirnya memberikan pinjaman Senilai Rp1,3 triliun untuk program air minum dan sanitasi setelah tim pemerintah melakukan negosiasi. Menurut Dirjen Cipta Karya Agoes Widjanarko di Jakarta, Selasa, tim pemerintah sejak minggu lalu melakukan negosiasi dengan Bank Dunia untuk mendapatkan pinjaman Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Dalam negosiasi tersebut disepakati persetujuan pendanaan antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia sebesar 137,5 juta dolar AS atau sekitar Rp1,3 triliun, dari dana yang dibutuhkan untuk program Pamsimas sebesar 289 juta dolar AS atau sekitar Rp2,7 triliun. Sisa kebutuhan dana untuk penyelenggaraan program ini akan dibiayai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Masyarakat. Tim negosiasi yang dipimpin Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Imron Bulkin itu beranggotakan sejumlah dirjen sejumlah departemen terkait.Pamsimas bertujuan untuk mencapai target MDGs, yaitu mengurangi separuh dari jumlah masyarakat yang belum memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi pada tahun 2015, yakni sekitar 70 juta jiwa untuk pelayanan sanitasi dan 36 juta jiwa untuk pelayanan air minum di daerah perdesaan, kata Agoes Widjanarko. Ditambahkannya, sasaran program ini adalah kelompok masyarakat miskin di perdesaan dan pinggiran kota yang rentan terhadap penyakit dan belum mendapatkan akses terhadap air minum dan sanitasi. Setelah negosiasi, persetujuan pendanaan ini akan disampaikan pada Board of Director Bank Dunia, dan diharapkan pinjaman ini sudah dapat disetujui paling lambat pada tanggal 27 Juni 2006 dengan masa efektif loan hingga Juni 2013.b jelas Agoes. Untuk tahap pertama, Pamsimas akan dilaksanakan pada 5.000 desa sebagai percontohan yang akan dilakukan tahun ini. Desa/kelurahan yang diusulkan mendapatkan dana dari program ini adalah desa yang termasuk dalam kategori desa/kelurahan miskin berdasarkan hasil Survei BPS tahun 2004, dan diutamakan belum mendapatkan program sejenis dalam dua tahun terakhir.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006