"Saya tidak bisa melarang mereka untuk meninggalkan tempat pengungsian, tetapi seandainya nanti Merapi membahayakan lagi, dan mereka mengungsi lagi ya tetap kami layani dengan baik," kata Camat Selo.
Boyolali (ANTARA News) - Ratusan pengungsi --penduduk asal daerah bahaya satu lereng Gunung Merapi-- yang selama ini mengungsi di Balai Desa Telogolele dan Balai Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Selasa (23/5) pulang ke rumah masing-masing meskipun gunung berapi itu masih dalam status "awas". Warga yang meninggalkan tempat pengungsian itu sebanyak 125 orang yang selama ini mengungsi di Balai Desa Telogolele, dan 92 orang dari Balai Desa Jrakah, kata Camat Selo, Kabupaten Boyolali Dahat Wilarso, di Selo. Ia mengatakan, mereka yang meninggalkan tempat pengungsian tersebut berasal dari daerah bahaya satu Merapi, seperti Dukuh Stabelan, Takeran, Belang, Sepi dan Kajor. "Saya tidak bisa melarang mereka untuk meninggalkan tempat pengungsian, tetapi seandainya nanti Merapi membahayakan lagi, dan mereka mengungsi lagi ya tetap kami layani dengan baik," kata Dahat Wilarso. Pengungsi yang kini masih tinggal di tempat pengungsian adalah para pelajar yang sedang mengikuti ujian akhir, yaitu di SMP Negeri 2 Jrakah dan di Bungalo Samiran, Balai Diklat Pemerintah Kabupaten Boyolali. Mereka yang tinggal di SMP Negeri 2 Jrakah itu ada 53 siswa kelas tiga SMP, dan di bungalo sebanyak 104 pelajar sekolah dasar (SD) yang kesemuanya berasal dari daerah bahaya satu Merapi. Dahat Wilarso mengatakan Selasa pagi memang ada guguran awan panas cukup besar yang mengakibatkan hujan abu, tetapi arahnya tidak ke daerah Selo. Hujan abu itu melanda daerah Musuk sampai Mojosongo, Kabupaten Boyolali, dan daerah Sidorejo, Tegalmulyo serta Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Puncak Merapi hingga Selasa malam pukul 19.00 WIB tidak dapat dilihat dari Selo, Kabupaten Boyolali, karena tertup kabut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006