Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut jika kehadiran pandemi COVID-19 yang sudah tiga tahun melanda dunia, telah membuka catatan sejarah baru dalam dunia kesehatan di Indonesia.

“Pandemi memberikan sebuah sejarah baru. Kalau kita di bidang kesehatan, pandemi membuat sejarah dalam pengelolaan pelayanan kesehatan, pengembangan teknologi kesehatan. Termasuk sejarah untuk kami para dokter, kami kehilangan cukup besar para dokter, para guru kita,” kata Ketua Umum PB IDI Moh. Adib Khumaidi dalam Temu Media: Pembelajaran 3 Tahun Pandemi di Jakarta, Kamis.

Adib menuturkan pada sekitar bulan Maret 2020 lalu, ketika Indonesia mengumumkan kasus COVID-19 pertama, layanan kesehatan belum siap menghadapi wabah baru.

Akibatnya, ribuan tenaga kesehatan dari dokter hingga bidan dinyatakan meninggal selama memerangi infeksi COVID-19 yang terus mewabah. Pandemi COVID-19 membuka mata dunia kesehatan bahwa dalam melayani pasien, tidak bisa hanya melihat kuantitas atau jumlah dari tenaga kesehatan maupun jenis layanan saja.

Melainkan juga kualitas yang dibangun dari upaya promotif dan preventif. Di sisi lain, pengetahuan masyarakat untuk menjalani perilaku hidup bersih juga harus dibangun sebagai modal utama menghadapi infeksi penularan.

Kemudian keperluan dalam menghadapi sebuah wabah, seharusnya juga sudah bisa dipersiapkan. Misalnya dalam hal ketersediaan vaksin ataupun obat-obatan dan peralatan yang bersangkutan.

“Sekarang semuanya harus mendapatkan porsi yang sama dan ini akan berimplikasi juga pada anggaran dalam kaitannya dengan pengelolaan permasalahan kesehatan,” katanya.

Baca juga: PB IDI dan IDAI raih penghargaan BPOM

Meski demikian pandemi COVID-19 juga mengajarkan tenaga kesehatan bila masalah kesehatan, bisa diatasi jika semua pihak berkolaborasi dan menjunjung tinggi kesetaraan. Dengan sikap tersebut, tenaga kesehatan bisa semakin meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

“Bapak Presiden dalam penutupan G20 mengatakan bahwa pandemi di Indonesia bisa selesai, karena dua hal. Kolaborasi dan kesetaraan, sehingga kolaborasi dan kesetaraan sebetulnya bisa menjadi satu dasar bagi kita di dalam menyelesaikan permasalahan ke depan,” ujarnya.

Adib menambahkan pandemi COVID-19 juga mengajak masyarakat untuk hidup lebih sehat. Dalam hal ini, beberapa kebiasaan baru yang timbul dan menjadi gaya hidup selama pandemi adalah lebih banyak mengkonsumsi makanan bergizi, rajin berjemur di pagi hari, rutin minum suplemen, istirahat yang cukup dan lebih peduli terhadap pemeriksaan kesehatannya (self assessment).

“(pandemi seperti ini) tidak pernah terjadi, tapi kita harus mempersiapkan yang paling utama adalah ketahanan kesehatan dan rakyat. Yang harus kita kedepankan adalah preventif dan promotif. Sehingga kami tentunya berharap di dalam mengatasi problema-problema kesehatan maka kolaborasi menjadi kata kunci,” ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Adib turut menyatakan bahwa PB IDI akan selalu siap menjadi mitra strategis pemerintah dan akan selalu siap memberikan masukan pada pemerintah, yang sesuai dengan parameter, indikator dan data yang ada.

“Sampai kapanpun, negara manapun pasti tidak akan mampu mengatasi masalah kesehatan, kalau kita hanya mengacu pada kuratif saja. Kami atas nama PB IDI berterima kasih pada masyarakat. Peransertanya yang luar biasa dan mari kolaborasi itu kita lakukan di masa-masa mendatang,” kata Adib.

Baca juga: Adib Khumaidi pimpin Asosiasi Kedokteran se-ASEAN 2023-2024
Baca juga: IDI dorong perhitungan formasi kebutuhan dokter spesialis di daerah

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023