Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) secara resmi membuka program Startup Studio Indonesia (SSI) batch 6 yang diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan startup atau perusahaan rintisan menguatkan industri serta ekosistem digital di Indonesia.
Program itu diikuti oleh 17 startup pemula atau early stage yang berasal dari berbagai sektor mulai dari supply chain, penggerak UKM, kesehatan, properti, konsumsi, finansial, olahraga hingga imersif teknologi.
"Program ini bertujuan untuk memajukan ekosistem startup Indonesia melalui penyediaan fasilitas akses bagi early stage startup untuk mengembangkan potensi bisnisnya," ujar Direktur Jendral Aplikasi Informatika (Aptika) Kemenkominfo Semuel A. Pangerapan saat membuka SSI batch 6, Kamis.
Baca juga: Kemenkominfo harap SSI tingkatkan startup ke bisnis lebih nyata
Adapun 17 startup yang mengikuti SSI batch 6 yaitu Amoda, Assemblr, Ayo Indonesia, Baskit, DEUS, Lakuliner, Inventing, Looyal Indonesia, Medicall, Oneklinik, Pajak.io, Payable, RASA, Rooma, Tookban, SMEs Pack, dan Tweak.
Semuel mengatakan para pendiri startup tersebut disiapkan menjalani pelatihan dari 80 praktisi yang aktif di ekosistem digital selama empat bulan lamanya.
Selain pelatihan secara umum, nantinya akan ada pelatihan One-on-One yang membantu pendiri startup di tahap awal bisa mengembangkan produk sesuai kebutuhan pasar atau dikenal juga dengan istilah Product-Market Fit.
Dengan kurikulum pelatihan yang terus diperbarui, Semuel optimistis Indonesia mampu menciptakan startup yang berdaya saing tinggi.
"Kami percaya Startup Studio Indonesia akan membuka jejaring baru untuk mengembangkan startup dengan lebih cepat dan menemukan figur yang tepat dan kredibel untuk dapat berkonsultasi tentang tantangan yang sedang dihadapi," kata Semuel.
Baca juga: Dua tahun progam inkubator SSI luluskan 80 startup
Hadirnya Startup Studio Indonesia batch 6 juga diharapkan dapat menyukseskan program akselerasi transformasi digital dan mampu memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Karena berdasarkan riset dari Google, Temasek, serta Bain & Co pada 2022 saja Indonesia berhasil mendapatkan nilai ekonomi digital sebesar 77 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.189 triliun.
Apabila didukung dengan pertumbuhan pelaku ekosistem digital yang masif, ekonomi digital Indonesia diperkirakan bisa mencapai 220-360 miliar dolar AS atau Rp3.397-5.559 triliun di 2030.
"Untuk mengaktualisasikan proyek ini kita membutuhkan pemain ekonomi digital yang andal agar dapat bersaing dan mengembangkan ekonomi digital Indonesia. Ini yang kami harapkan dari startup-startup early stage di Indonesia," kata Semuel.
Hingga 2024, Kemenkominfo menargetkan dapat mencetak sebanyak 150 perusahaan rintisan yang bertumbuh dari segi jumlah pengguna layanan, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, serta pendanaan.
Baca juga: Kreativitas dan inovasi kunci startup tangguh hadapi potensi resesi
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023