"Yang jelas pekerjaan rumah kita masih banyak untuk melindungi dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak, termasuk menyediakan pilihan musik dan lagu yang lebih ramah bagi mereka," kata psikolog klinis anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo kepada ANTARA, Kamis.
Anak-anak berkembang mengikuti tahapan usia dan pada setiap tahapan tersebut terdapat stimulasi yang tepat usia, termasuk pula dengan jenis-jenis lagu yang mereka dengarkan.
Vera beranggapan saat ini musik dan lagu-lagu untuk anak-anak masih kurang sekali. Anak-anak lebih banyak terbawa oleh lagu-lagu dan musik yang didengar di sekitarnya atau dari media sosial, yang didominasi lagu dewasa.
"Hal yang dikhawatirkan adalah lirik yang berulang-ulang didengarkan atau dinyanyikan oleh anak-anak akan terinternalisasi di dalam benak mereka. Tentunya tanpa mereka memahami betul artinya," kata Vera.
Perkembangan teknologi digital dan semakin dekatnya anak-anak dengan gawai seharusnya memberikan akses lebih luas bagi lagu-lagu dan musik sesuai usia untuk masuk ke kehidupan keseharian mereka.
"Tetapi sayangnya di platform-platform musik, lagu anak-anak ternyata masih sangat minim. Jadi, orang tua dan anak-anak tidak melihat adanya pilihan yang menarik di sana," kata Vera.
Vera memiliki harapan pada perayaan Hari Musik Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 Maret kali ini akan memunculkan kembali sosok-sosok penyanyi cilik yang membawakan karya-karya berupa lagu atau musik bagi anak-anak.
"Paling tidak bisa seperti dulu, kita mengenal ada sosok Adi Bing Slamet, Chica Koeswoyo, dan terakhir ada Sherina atau Tasya Kamila. Setelah itu tidak terdengar lagi penyanyi cilik yang melantunkan lagu anak-anak," kata Vera.
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023