Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Kamis merosot seiring menurunnya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah pada Kamis pagi melemah 19 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp15.457 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.438 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan berpotensi rebound oleh imbal hasil obligasi AS yang mulai turun," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Lukman menuturkan imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun turun ke 5,047 persen dan tenor 10 tahun ke 3,974 persen.

Namun rebound rupiah akan terbatas, sementara investor cenderung menunggu data penting besok yaitu tenaga kerja AS atau Non-farm Payroll (NFP) yang diperkirakan akan kuat.

Serangkaian data ekonomi yang kuat dari Amerika Serikat pada minggu-minggu sebelumnya, menunjukkan tekanan inflasi yang terus-menerus.

Ini menyebabkan Ketua Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell mengatakan pada Selasa (7/3/2023) bahwa Fed kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan, dan bersiap untuk bergerak dalam langkah yang lebih besar.

Pedagang bergegas untuk mengubah kecepatan kenaikan suku bunga yang lebih agresif setelah komentar Powell, dengan dana berjangka Fed sekarang menyiratkan peluang 70 persen Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, naik dari hanya sekitar 9,0 persen sebulan lalu.

Suku bunga AS juga diperkirakan bertahan di atas 5,5 persen hingga akhir tahun.

Lukman memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah di kisaran Rp15.400 per dolar AS hingga Rp15.500 per dolar AS.

Pada Rabu (8/3) ditutup menurun 71 poin atau 0,46 persen ke posisi Rp15.438 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.367 per dolar AS.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023