Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR Amien Rais berharap anggota DPR RI berpikir secara obyektif dengan meloloskan usul hak angket Blok Cepu guna menjawab dugaan ketidakberesan dalam perjanjian pengelolaan ladang minyak tersebut. "Mudah-mudahan DPR betul-betul mewakili rakyat karena kalau ditimbang secara obyektif, memenag kiat dirugikan dengan memberikan `operatorship` Blok Cepu kepada ExxonMobil," kata Amien di Gedung Dewan Perwakilan daerah (DPD) RI di Senayan, Jakarta, Selasa. Amien mengungkapkan, dari segi bisnis ke bisnis dan dari segi G to G ada kejanggalan karena Indoensia sebagai pemilik ladang minyak itu justru tidak menjadi operator. "Agak aneh kalau pemilik saham lebih besar dan pemilik sumber daya alam itu justru tidak mau dan merasa tidak mampu mengoperasikan Blok Cepu sendiri. Malah diberikan kepada perusahaan asing," kata Amien. Ia menyatakan, sikap pemerintah yang tidak memberi Pertamina sebagai operator pengelolaan Blok Cepu merugikan dan patut dipertanyakan DPR. "Saya tidak ingin mengurai prosentase yang kita sudah paham. Tetapi yang jelas, untuk kepntingan jangka jauh, kepentingan anak cucu kita, 30 tahun kontrak karya itu kalau bisa ditinjau kembali," katanya. Usulan penggunaan Hak Angket atas penunjukkan ExxonMobil sebagai pimpinan operator lapangan minyak Blok Cepu akan dilanjutkan dalam Rapat Badan Musyawarah (Bamus) untuk menentukan penjadwalan paripurna pandangan fraksi-fraksi di DPR. Menurut Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, jika sudah dibahas di paripurna untuk mendengar pandangan fraksi-fraksi, maka akan diambil keputusan apakah bisa dilanjutkan atau tidak. "Kita sedang mencari rapat Bamus atau paripurna terdekat. Sedangkan sikap resmi Fraksi Kebangkitan Bangsa, masih dibahas di tingkat fraksi," katanya. Bambang Wuryanto (F-PDIP) yang menjadi wakil para pengusul dalam menyampaikan penjelasan penggunaan Hak Angket dalam rapat paripurna mengatakan, roh kebangkitan para perintis kemerdekaan sudah tidak ditemukan dalam pengambilan keputusan pemerintah atas pengelolaan Blok Cepu. "Lebih dari 60 tahun kita merdeka dan lebih dari 100 tahun sejarah perminyakan Indonesia, kita masih memiliki ketergantungan yang luar biasa dan tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengelola kekayaan alam dari bumi kita sendiri," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006