Kepentingan seluruh shareholder dan stakeholder, mulai dari tingkat pemerintah, akademisi, industri, hingga pasar harus dilibatkan

Jakarta (ANTARA) - Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menilai perlunya kolaborasi untuk mendorong terciptanya industri dan ekosistem baterai untuk memenuhi kebutuhan baterai di dalam negeri.

Bob mengatakan, Indonesia memiliki tantangan besar untuk menjadi yang terdepan dalam elektrifikasi otomotif di kawasan ASEAN, bersaing dengan negara industri otomotif besar lainnya seperti Thailand dan Vietnam.

“Kepentingan seluruh shareholder dan stakeholder, mulai dari tingkat pemerintah, akademisi, industri, hingga pasar harus dilibatkan,” kata Bob di Solo, Jawa Tengah, Selasa.

Kolaborasi tersebut, lanjut Bob, akan mendorong terciptanya strategi yang komprehensif guna mengakomodasi beragamnya kebutuhan kendaraan elektrifikasi maupun kendaraan ramah lingkungan lainnya dengan tetap memperhatikan tujuan dekarbonisasi, dan tetap memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bob memaparkan, industri otomotif Indonesia tengah mengalami transformasi menuju era industri yang mengusung semangat dekarbonisasi dan elektrifikasi.

Tak hanya melalui kehadiran kendaraan elektrifikasi sebagai produk kendaraan ramah lingkungan yang dihasilkan, lanjut Bob, industri otomotif nasional juga diharapkan mampu mengimplementasikan semangat dekarbonisasi pada proses produksi, serta berperan dalam pengembangan ekosistem elektrifikasi sebagai infrastruktur untuk mengakselerasi populasi elektrifikasi di Indonesia.

“Karenanya, Indonesia harus memanfaatkan potensi-potensi besar otomotif di era elektrifikasi dari hulu sampai hilir secara seksama dalam sebuah strategi kebijakan dan pengembangan industri otomotif terintegrasi yang memungkinkan percepatan semua teknologi elektrifikasi,” ujar Bob.

Di hulu, Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam, baik untuk pengembangan baterai maupun untuk bauran energi. Indonesia juga memiliki kapasitas industri otomotif yang besar.

Sedangkan di hilir, pasar otomotif Indonesia lebih besar di banding negara-negara lain di ASEAN.

Menurut Bob, dengan memiliki potensi cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berpotensi menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel, seperti baterai kendaraan elektrifikasi.

Artinya, Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan industri baterai yang notabene menjadi salah satu ekosistem utama dari industri elektrifikasi.

Selain itu, pengembangan industri baterai elektrifikasi itu juga akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan bagi industri turunan yang menggunakan bahan baku baterai.

Bob menilai, penguasaan pengembangan baterai merupakan salah satu komponen penting dalam penciptaan posisi Indonesia sebagai yang terdepan di era elektrifikasi.

“Toyota sendiri berkomitmen untuk mendukung penciptaan pasar baterai ini melalui pendekatan multipathway strategy di mana Toyota memperkenalkan dan menyediakan beragam teknologi kendaraan elektrifikasi yang menggunakan baterai bagi konsumen di Indonesia, dari Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Battery Electric Vehicle (BEV), hingga Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” kata Bob.

Harapannya, dengan semakin banyak kendaraan elektrifikasi yang tersedia dan menarik minat konsumen, maka akselerasi permintaan akan baterai produksi Indonesia akan semakin besar.


Baca juga: Luhut jajaki kerja sama baterai EV dengan pengusaha lithium Australia
Baca juga: Insentif kendaraan listrik diminta jangan sampai buat RI banjir impor
Baca juga: Bahlil ajak Australia ciptakan aliansi kembangkan industri baterai

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023