Jakarta (ANTARA News) - Koordinator Dokter Spesialis Tim Dokter Kepresidenan Djoko Raharjo menjelaskan bahwa kondisi mantan Presiden Soeharto semakin kritis karena mengalami pendarahan di lambung dan turunnya kadar haemoglobin (Hb) menyebabkan penguasa Orde Baru itu lemas dan anemis (Pucat). "Beliau anemis atau pucat karena kadar haemoglobinnya turun sampai 8,2 gram persen dari sebelumnya 8,9 gram persen. Kadar haemoglobin normal 13-15 gram persen," kata Djoko, di Jakarta, Selasa. Menurut Djoko pendarahan lambung yang terjadi Senin malam merupakan pendarahan yang terjadi untuk keduakalinya, karena sebelumnya mantan Presiden Soeharto pernah mengalami pendarahan di lambung dan kehilangan 500 cc darah. Ketua Tim Dokter kepresidenan dan Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) menyatakan kondisi mantan Presiden Soeharto Pada Selasa menurun, lebih kritis dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. "Secara keseluruhan kondisi Pak Harto hari ini (23/5) menurun karena terjadi pendarahan di dalam lambung," kata ketua Tim Dokter Kepresidenan, Brigjen TNI Mardjo Soebandiono. Ia mengatakan, pendarahan di lambung itu diidentifikasi melalui gastrostomy/pipa lambung sejak Senin (22/5) malam. Menuurt dia, pendarahan dilambung tersebut menyebabkan kadar hemoglobin Soeharto turun dari 8,9 gram persen menjadi 8,2 gram persen (23/5). Mardjo mengatakan, saat ini tim dokter sedang berusaha menghentikan pendarahan secara medica mentosa atau dengan memberikan pengobatan. "Dan bila tidak berhasil akan dilakukan endoscopy untuk mencari sumber pendarahan dan sekaligus menghentikannya," kata Mardjo. Dikatakannya endoscopy dilakukan dengan memasukkan alat ke dalam lambung pasien untuk melihat kondisi di dalam lambung. Lebih lanjut ia menjelaskan, meskipun secara umum kondisi HM Soeharto menurun, namun saat ini HM Soeharto masih dalam keadaan sadar. "Fungsi ginjal, paru-paru dan jantungnya juga relatif membaik," demikian Mardjo.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006