Menurut riset pihak ketiga, layanan utama operator global meningkat sekitar 4% pada periode 2021-2022, sedangkan, layanan inovatif seperti IoT, cloud, dan smart home meningkat di atas 10%. Operator telekomunikasi kini menghadapi peluang baru di tengah gelombang transformasi digital. Pesatnya layanan digital juga mendorong operator telekomunikasi bergerak cepat menuju bidang baru, yakni layanan digital terintegrasi. Laporan IDC menunjukkan, laju pertumbuhan majemuk investasi yang ditanamkan operator telekomunikasi global untuk transformasi digital melesat hingga 17% pada 2021-2025. Operator telekomunikasi mengandalkan keunggulan dalam aset telekomunikasi untuk beralih ke teknologi digital. Lebih lagi, transformasi digital telah memasuki babak baru yang menggunakan data dalam jumlah masif, daya komputasi yang besar, serta teknologi pintar dan canggih. Maka, infrastruktur TI yang lebih baik sangat dibutuhkan.
Chen juga menekankan, infrastruktur TI harus diprioritaskan dalam transformasi digital. Sebagai aset utama bagi operator, data, jaringan, dan aplikasi (atau, DNA) berperan besar dalam transformasi digital. Maka, peningkatan investasi dalam infrastruktur TI membuat langkah operator menjadi efisien untuk memonetisasi aset tersebut, serta menghasilkan valuasi yang lebih besar. Operator telah membangun infrastruktur TI yang berskala besar dan kompleks dalam beberapa dekade terakhir. Untuk itu, operator memerlukan arsitektur sasaran sebagai referensi pada masa depan.
Arsitektur TI milik operator terdiri atas empat jenjang: sarana fisik, teknologi platform, kapabilitas industri, dan produk digital. Arsitektur target reference untuk infrastruktur TI milik operator yang dilansir di MWC2023 berfokus pada sarana fisik dan teknologi platform. Arsitektur ini merupakan solusi lengkap yang meliputi distributed cloud (on-premises cloud, public cloud, dan edge cloud), unified storage resource pool (high-performance resource pool dan massive resource pool), serta komputasi terdiversifikasi. Arsitektur ini melibatkan kolaborasi antara TK dan TI, online dan on-premise, serta perangkat lunak dan keras sehingga mewujudkan proteksi maksimum atas investasi infrastruktur TI dalam tahap migrasi cloud. Di sisi lain, investasi TI juga mempercepat monetisasi aset TK.
Arsitektur "target reference" untuk infrastruktur TI milik operator telekomunikasi
Kolaborasi TK dan TI: Infrastruktur TI generasi baru sebelumnya diintegrasikan dengan peralatan jaringan. Infrastruktur TI ini mendukung scheduling secara terpusat dan terpadu, pengelolaan sarana cloud dan jaringan, sehingga mewujudkan ketersediaan layanan terpadu bagi klien. Lebih lagi, infrastruktur TI ini juga telah diintegrasikan dengan aplikasi telekomunikasi inti, seperti business support systems (BSS) dan operations support systems (OSS), secara drastis meningkatkan efisiensi implementasi layanan dan menghemat OPEX.
Kolaborasi online dan on-premise: Aplikasi secara fleksibel dan efisien ditempatkan pada distributed cloud (public cloud dan on-premises cloud). Di sisi lain, data dapat dikelola dengan efisien pada public cloud, on-premise cloud, serta fasilitas local storage sekaligus menjamin keamanan data, memaksimalkan kegunaan data, serta meningkatkan efisiensi operasional.
Kolaborasi perangkat lunak dan keras: Evolusi arsitektur TI harus menjamin bahwa storage dan peralatan jaringan yang telah dipakai, serta perangkat keras lain, dapat terintegrasi dengan arsitektur baru. Tujuannya, melindungi investasi yang telah ditanamkan, mengurangi migrasi aplikasi dan data, serta menambah reliabilitas dan efisiensi implementasi layanan.
Huawei telah bekerja sama dengan operator selama lebih dari 30 tahun. Huawei juga mengandalkan keahlian di industri telekomunikasi dan transformasi infrastruktur TI milik operator, serta berhasil mendukung transformasi infrastruktur TI bagi lebih dari 140 operator. Maka, Huawei sangat mampu mendukung operator agar beralih dari pemain TK menjadi TIK.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023