Pada minggu ini, pelaku pasar akan menanti testimoni Powell (Ketua Bank Sentral AS ) untuk mendapat kepastian terhadap arah kebijakan moneter The Fed ke depan dan data pasar tenaga kerja AS
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan, menguat di tengah pasar menantikan rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Senin ditutup naik 16 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp15.295 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.311 per dolar AS.
"Pada minggu ini, pelaku pasar akan menanti testimoni Powell (Ketua Bank Sentral AS ) untuk mendapat kepastian terhadap arah kebijakan moneter The Fed ke depan dan data pasar tenaga kerja AS," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Reny mengatakan Non-farm Payrolls (NFP) AS diprediksi sebesar 200.000 pada Februari 2023, sementara tingkat pengangguran AS diperkirakan masih flat di level 3,4 persen.
NFP adalah data tingkat ketenagakerjaan di AS selain dari sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga nonprofit.
Selain itu, Ketua Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell akan memberikan kesaksian kepada Kongres pada Selasa (7/3/2023) dan Rabu (8/3/2023), di mana dia kemungkinan akan ditanyai apakah kenaikan yang lebih besar diperlukan di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.
Saat ini pasar akan menantikan rilis beberapa data yang akan mempengaruhi kebijakan The Fed dalam pertemuan pada 22 Maret 2023.
Kenaikan suku bunga Amerika Serikat di masa depan juga kemungkinan akan bergantung pada apa yang diungkapkan oleh laporan penggajian Februari pada Jumat (10/3/2023), diikuti oleh laporan inflasi Februari yang akan dirilis minggu depan.
Berdasarkan proyeksi The Fed terakhir di Desember 2022, rencana kenaikan FFR sampai inflasi menuju target dua persen dengan terminal rate di 5,25 persen dan tanpa indikasi penurunan suku bunga tahun ini. Hal itu memberikan tekanan terhadap rupiah meskipun terdapat rilis data inflasi domestik yang relatif terkendali.
Reny menuturkan perkembangan indikator ekonomi AS tampaknya masih mendukung kebijakan hawkish The Fed. Data ISM Manufaktur AS menunjukkan perbaikan secara bertahap menjadi 47,7 pada Februari 2023, mengindikasikan aktivitas bisnis dan manufaktur terus meningkat di AS meskipun masih dibayangi risiko kenaikan suku bunga acuan
PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur AS Februari naik tipis menjadi 47,7 persen dari pembacaan Januari sebesar 47,4 persen, Institute for Supply Management melaporkan pada Rabu (1/3/2023).
Para petinggi The Fed masih memberikan sinyal untuk melanjutkan kenaikan Federal Funds Rate (FFR) ke kisaran 5-5,25 persen tahun ini.
"Keputusan ini sebagai respons terhadap inflasi yang masih tinggi atau di atas 6 persen meskipun sudah mulai menunjukkan penurunan dalam beberapa bulan terakhir," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, akan ada rilis data cadangan devisa Februari 2023 yang diperkirakan masih berada di kisaran 138 miliar sampai dengan 140 miliar dolar AS.
Rupiah pada pagi hari dibuka meningkat ke posisi Rp15.305 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.289 per dolar AS hingga Rp15.322 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp15.301 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.306 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi naik jadi Rp15.190 per dolar AS
Baca juga: Rupiah melemah seiring pasar cermati kebijakan Fed
Baca juga: Rupiah turun seiring kekhawatiran kebijakan AS yang agresif
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023