Sistem yang bisa memberikan pengalaman unik kepada penggunaJakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan analisis data dan visualisasi keanekaragaman hayati seiring dengan banyak organisme, tumbuhan, hewan, dan zat organik lainnya dapat ditemukan di daratan dan perairan Indonesia.
Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) BRIN Esa Prakasa, mengatakan pihaknya telah menggunakan produk NVIDIA untuk menganalisis data keanekaragaman hayati Indonesia.
"Perangkat Graphics Processing Unit (GPU) digunakan untuk membuat model klasifikasi berbasis deep learning untuk menganalisis citra dan kayu, plankton, teh, serta video profil jalan raya, video aktivitas pergerakan tangan, dan data-data lainnya," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin.
GPU merupakan perangkat prosesor khusus yang didesain untuk memproses data grafika. GPU memiliki kecepatan pemrosesan data yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Central Processing Unit (CPU) biasa.
Hal ini karena GPU mempunyai arsitektur yang dirancang khusus untuk pemrosesan data-data secara paralel.
Baca juga: BRIN kolaborasi riset bersama anggota G20 melalui sharing fasilitas
Baca juga: BRIN mendanai 45 kegiatan riset ekspedisi dan eksplorasi
Awal mula GPU dikembangkan adalah untuk meningkatkan performa pemrosesan grafika, sehingga tampilan objek lebih bagus dan realistis.
"Namun, saat ini pemanfaatan GPU telah meluas ke berbagai bidang pemrosesan data lain, seperti algoritma data science, machine learning, komputasi ilmiah, rendering, dan lain-lain," jelas Esa.
"Selain melakukan pengembangan sistem klasifikasi berbagai objek keanekaragaman hayati, kami juga membutuhkan sistem yang bisa memberikan pengalaman yang unik kepada pengguna," imbuhnya.
Lebih lanjut Esa menyampaikan bahwa BRIN akan mengembangkan sistem virtual yang memberikan pengalaman kepada pengguna agar bisa berinteraksi dengan objek keanekaragaman hayati.
"Kami memiliki pengalaman merancang dan mengembangkan visualisasi jalur otonom, simulasi banjir dan tsunami 3D, merekonstruksi profil 3D permukaan bumi, dan membuat aplikasi web untuk tur virtual menggunakan gambar 360. Pengalaman ini dapat membantu membangun sistem virtual yang bisa menyajikan keanekaragaman hayati Indonesia," jelas Esa.
Pengembangan sistem tersebut didukung oleh sumber daya manusia periset PRSDI dan ketersediaan peralatan riset yang ada di BRIN.
Pada 23 sampai 24 Februari 2023 lalu, Esa punya kesempatan menghadiri International NVAITC Symposium yang diselenggarakan di Politeknik Republik, Singapura.
Pertemuan itu merupakan wadah pertemuan antara periset dan praktisi teknologi, yang membahas implementasi teknologi NVIDIA pada kecerdasan buatan, big data, dan machine learning.
Baca juga: BRIN akan bangun 25 stasiun riset keanekaragaman hayati
Baca juga: Indonesia dorong kemitraan riset keanekaragaman hayati di G20
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023