Jakarta (ANTARA) - Raut wajahnya tersirat rasa cemas kala menceritakan sosok suaminya. Usianya yang tak lagi muda, seakan masih berharap akan sosok teman hidupnya kembali menemani di hari-hari senja.
Tak terbayangkan kisah perpisahan ini berawal dari amukan si jago merah yang sama sekali tak diharapkan kedatangannya. Semua cerita sedih itu tergambar dari sorot mata wanita bernama Nur Laila.
Wanita berusia 63 tahun itu mengisahkan perpisahan dengan suaminya saat ditemui di posko pengungsian di Kantor Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara pascakebakaran melanda Depo Pertamina Plumpang, Rawa Badak Selatan pada Jumat (3/3) malam.
Masih jelas dalam ingatannya terakhir bertemu dengan sang suami sebelum detik-detik api dari kebakaran menjalar dari rumah ke rumah. Kala itu, sang suami berpamitan untuk mengunjungi temannya yang seorang pendeta. Laila hanya berdua bersama sang cucu yang berusia tujuh tahun di rumah kontrakan.
Tiba-tiba dari rumah kontrakannya itu dia membaui seperti gas dan terasa pedas. Saking banyaknya gas yang masuk ke rumah membuatnya tak kuat menghirup sehingga membuat badannya hampir terjatuh.
Segera dia menggendong sang cucu keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Padamnya lampu dan lalu lalang kepanikan orang-orang membuatnya harus cepat memutuskan mencari tempat teraman.
Tak semua barang berharga yang dibawanya, hanya surat-surat berharga seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan lainnya yang terbawa.
Di tengah suasana panik itu ia menemukan tempat aman dibantu oleh para petugas PMI, polisi, hingga pemadam kebakaran yang mengarahkannya untuk singgah di posko pengungsian.
Keyakinan kembalinya suami
Selama di posko pengungsian, rasa rindu yang tak terbendung seakan menggerakkan tubuh Laila mencari sosok sang suami. Dia hanya ingat terakhir kali sang suami mengenakan baju lengan panjang berwarna putih dan celana abu-abu.
Dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, dia menanyakan nama dan ciri-ciri yang dimiliki sang suami kepada siapa pun yang ditemuinya. Ciri suami Laila, bertubuh kecil dan pendek, berusia 67 tahun, dan memiliki nama Ali Wardhana.
“Rumah sakit dimana-mana setahu kita, udah dicari gak ada, tapi dengar lagi beritanya dari arah sana ketimpa puing katanya. Tapi gak tahu jelas apa nggaknya," kata Laila.
Tiap malam hanya satu doanya untuk bisa kembali bertemu sang suami, dan berkumpul bersama keluarga kecilnya seperti sedia kala. Segala barang berharga bisa kembali kalau ada uang. Namun, sosok penting di hidupnya tentu tak akan bisa tergantikan oleh siapapun.
“Pinginnya kita ya bisa kumpul lagi. Semua dalam keadaan sehat. Kalau ada di lingkungan di sini ya pulanglah,” ucapnya. Satu harapan Nur Laila, hanya ingin kembali memeluk sang suami dengan rasa cinta yang tak akan pernah padam.
Harapan relokasi
Terkait dengan wacana relokasi tempat tinggal terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, salah satu warga bernama Khasanah menyampaikan persetujuannya akan rencana tersebut.
"Soalnya nyari nafkah juga kan di daerah situ. Pemulung-pemulung juga kan daerah situ juga semuanya," kata Khasanah.
Sebenarnya Khasanah merasa tak yakin untuk relokasi rumah mengingat ada keluarga dan di sekitar tempat itu menjadi ladang penghasilannya. Namun, dia merasa trauma kejadian itu terulang mengingat sebelumnya pernah terjadi juga di tahun 2009.
Harapan Khasanah, semoga wacana tersebut benar terlaksana agar dirinya bisa beraktivitas sehari-hari untuk mencari nafkah bagi keluarganya."Gak masalah mau dibuat rusun atau rumah, yang penting jangan sampai luar Jakarta lah," katanya.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono segera merelokasi tempat tinggal korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara.
"Saya sudah perintahkan Menteri BUMN dan Gubernur DKI segera mencari solusi dari kejadian di Plumpang, terutama karena ini zona yang bahaya. Tidak bisa lagi ditinggali, tetapi harus ada solusinya. Bisa saja Plumpang-nya digeser ke reklamasi atau penduduknya yang digeser ke relokasi," kata Presiden Jokowi saat meninjau salah satu posko korban kebakaran di RPTRA Rasela Rawabadak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Minggu.
Dalam peninjauan, Presiden Jokowi menyampaikan ucapan belasungkawa untuk para korban insiden kebakaran di Depo Pertamina Plumpang.
Menurut Kepala Negara, relokasi untuk para korban secepatnya diputuskan Menteri BUMN, Pertamina, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Relokasi tersebut bisa dua kemungkinan, yakni memindahkan para penduduk ke reklamasi atau lokasi Depo Pertamina yang dipindahkan. "Ini akan segera diputuskan sehari dua hari ini oleh Pertamina, Gubernur DKI sehingga solusinya menjadi jelas," katanya.
Presiden menilai permukiman penduduk yang berada di sekitar lokasi Depo Pertamina termasuk zona berbahaya. Oleh karena itu, Menteri BUMN diminta untuk melakukan evaluasi dan audit lokasi-lokasi Depo Pertamina lainnya yang menyimpan bahan bakar.
"Zona ini memang harusnya zona air entah dibuat sungai, entah harus melindungi dari objek vital yang kita miliki. Karena barang-barang di dalamnya sangat bahaya untuk berdekatan dengan masyarakat, apalagi dengan permukiman penduduk," kata Presiden.
Usai meninjau lokasi posko kebakaran, Presiden Jokowi membagikan paket sembako dan kaus kepada warga yang telah menunggunya di sepanjang Jalan Alur Laut.
Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terbakar pada Jumat malam (3/3). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat 17 orang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Selain itu, terdapat 49 orang luka berat dan 2 orang luka ringan.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023