Tanjungpinang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika memprediksi banjir rob masih berpotensi terjadi di Pulau Bintan yaitu di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan meski curah hujan saat ini tidak lebat.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang Vivi Putri di Tanjungpinang, Ahad, mengatakan, banjir rob di Pulau Bintan disebabkan pasang air laut tinggi dan hujan deras serta cuaca buruk yang disebabkan angin monsun asia.
"Angin monsun asia menyebabkan hujan deras, yang disertai angin kencang sejak beberapa hari lalu sampai sekarang di beberapa kawasan di Pulau Bintan," katanya.
Kondisi cuaca di Pulau Bintan diperburuk dengan munculnya awan kumulonimbus. Awan kumulonimbus menyebabkan gelombang tinggi dan angin kencang.
"Saat ini, tinggi gelombang laut di Perairan Bintan mencapai 3,5 meter, dengan kecepatan angin 35 km/jam," ucapnya.
Selain itu, kata dia BMKG mendeteksi faktor yang bersifat lokal seperti kondisi gangguan angin di lapisan atas, kelembaban udara yang cukup basah, dan kondisi suhu muka laut yang cukup hangat sehingga dapat mendukung untuk pembentukan awan konvektif seperti awan kumulonimbus.
"Waspadai juga petir atau kilat saat muncul awan kumulonimbus," ujarnya.
Vivi mengimbau masyarakat pesisir di Pulau Bintan mewaspadai kondisi cuaca buruk tersebut. Dalam beberapa hari ke depan diperkirakan masih terjadi gelombang laut yang tinggi, hujan lebat, angin kencang dan petir.
"Warga pesisir sebaiknya mengamankan barang-barang elektronik dan barang berharga lainnya saat pasang air laut tinggi yang disertai hujan lebat," ujarnya.
Ani, salah seorang warga Kampung Gesek, Bintan, mengatakan dalam tiga hari terakhir banjir setinggi 30 cm dua kali merendam rumahnya. Padahal rumahnya berada di tempat yang cukup tinggi.
"Hari pertama hujan lebat, tiga hari lalu, banyak rumah di kampung kami yang terendam air setinggi 1,5 meter. Saya masih tetangga yang mengalami musibah itu. Pada hari kedua dan ketiga, rumah saya pula yang terendam air. Saya dan anak-anak terpaksa tidur di tempat tidur yang tergenang air," katanya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Maswandi
Copyright © ANTARA 2023