Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyebut pencak silat bisa menjauhkan anak-anak dari tindakan kekerasan.
“Kalau silat ini dilatih dari anak-anak, maka kami meyakini kepribadiannya akan mantap, sehingga anak-anak ini tidak tergoda untuk menggunakan kekerasan," kata Hasto Kristiyanto dalam keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu.
Justru, lanjut Hasto, dengan belajar silat, anak-anak akan menyadari bahwa silat akan digunakan untuk kemanusiaan, dan tidak dipakai untuk kekerasan.
"Silat untuk membentengi diri, untuk membela diri, bahkan untuk memperjuangkan apa yang disebut sebagai keadilan itu. Silat membangun cinta tanah air dan semangat bela negara,” kata Hasto.
Dia menyampaikan hal itu saat menghadiri Festival Pencak Silat Banteng Wulung Cup 2023 se-Bandung Raya yang dilaksanakan di GOR Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (4/3).
Pada acara itu hadir inisiator festival sekaligus anggota DPR RI daerah pemiliahn Jawa Barat TB Hasanuddin, Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono dan Sekretarisnya Ketut Sustiawan serta anggota DPR RI Niko Siahaan serta Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ineu Purwadewi Sundari.
Hasto mengapresiasi festival pencak silat yang digagas oleh pria yang akrab disapa Kang TB itu. Menurut dia, Kang TB memiliki profil yang lengkap, mulai dari purnawirawan TNI bintang dua, anggota DPR RI, dan penggemar pencak silat.
“Ilmu silatnya bisa menghancurkan lawan-lawannya yang mau menghancurkan NKRI. Ketika ada pihak-pihak waktu itu yang mengancam kewibawaan Pak Jokowi, saya lihat Kang TB ini menampilkan kebolehannya dalam ilmu Nusantara, yang menurut saya, dari tampilan tadi sungguh menampilkan silat begitu cepat, kokoh fondasinya, dan belajar dari alam,” katanya.
Hasto mengatakan Proklamator RI Soekarno (Bung Karno) pernah belajar di kampus yang kini dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), dan juga memahami bagaimana kebudayaan di Bumi Pasundan itu.
Ia juga mengungkap bahwa Bung Karno pernah dikejar kolonialisme Belanda karena berpidato sangat keras mengenai kemerdekaan, bahkan kerap dikejar hingga di desa-desa di Bandung.
“Ketika Bung Karno masuk ke desa-desa, Bung Karno melihat bagaimana silat ini tumbuh dan menyatu dari bagian kehidupan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Bung Karno pernah meminta Wakil Perdana Menteri RI Chaerul Saleh untuk mewajibkan pendidikan silat kepada anak SD, SMP, dan SLTA, sebab silat akan membangun kepribadian bangsa yang tangguh sekaligus sebagai upaya bela negara sejak dini.
Hasto menganggap silat juga bisa mendorong anak-anak untuk menjauhi kekerasan, dan ia meyakini tidak ada kasus seperti yang menjadi perhatian akhir-akhir ini, seperti peristiwa penganiayaan anak pejabat Ditjen Pajak, Mario Dandy Satriyo terhadap David Ozora.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2023