Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait dengan pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau.
Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) of TEPCO HD Chikara Kojima di Tokyo, Jepang, Jumat.
Turut menyaksikan penandatanganan, yakni Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
"Hidrogen bersih adalah salah satu bisnis masa depan Pertamina. Kami saat ini juga tengah mengembangkan 'pilot project' hidrogen hijau di area geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kg/hari," kata Dannif dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Nota kesepahaman tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan "joint study agreement "(JSA) antara keduanya pada 18 Oktober 2022 di Bali.
Baca juga: Pertamina NRE boyong empat penghargaan di ajang E2S Awards 2022
"Kami sangat antusias dengan kerja sama dengan TEPCO HD dan NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) untuk pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau ini. Kami percaya kolaborasi ini akan menciptakan nilai yang tinggi, terutama dalam upaya transisi energi serta dekarbonisasi," ungkap Dannif.
Keseriusan TEPCO HD untuk bekerja sama dengan Pertamina NRE dalam pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau juga ditunjukkan dengan kunjungan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji ke area panas bumi PGE Lahendong, Minggu (26/2).
Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meninjau salah satu area panas bumi yang berpotensi untuk pengembangan hidrogen hijau.
Pertamina NRE menjelaskan nota kesepahaman itu mencakup pelaksanaan survei verifikasi, seleksi bersama atas area produksi hidrogen, identifikasi segmen pasar, pengembangan pasar, dan lain-lain di Indonesia. Ke depan, keduanya akan mengembangkan hidrogen hijau dengan biaya yang efisien, serta produksi, transportasi dan teknologi amonia.
Dalam tahapan komersialisasinya, prioritas target yang disasar oleh keduanya adalah pasar domestik Indonesia dan dalam jangka menengah hingga panjang akan menyasar pasar ekspor ke Jepang dan negara lain.
Baca juga: Electrum dan Pertamina NRE jajaki kolaborasi ekosistem EV
Studi bersama yang dilakukan kedua entitas mendapatkan dukungan dari NEDO, lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang yang mendorong pengembangan teknologi dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
Pertamina NRE menyebut bahwa Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, di mana potensi ini selain dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pembangkitan listrik juga dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen hijau serta amonia hijau.
Pertamina NRE juga memiliki portofolio energi panas bumi yang dikelola oleh anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy, Tbk (PGE) yang baru saja secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode PGEO.
Saat ini, PGE mengelola 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar 1,8 gigawatt (GW), di mana 672 megawatt (MW) dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario kontrak operasi bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 79 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023