Moskow (ANTARA) - Pengadilan di Belarus pada Jumat menjatuhkan vonis 10 tahun penjara pada peraih Nobel Perdamaian dan aktivis hak asasi manusia Ales Bialiatski, yang dianggap mendanai unjuk rasa dan kejahatan lainnya.

Para pegiat hak asasi menyebut peradilan terhadap Bialiatski tersebut didasari atas
motif politik.

Pemimpin oposisi Belarus di pengasingan, Sviatlana Tsikhanouskaya, menilai Bialiatski dan aktivis-aktivis lain yang dijatuhi vonis dalam peradilan yang sama dikenai proses hukum secara tidak adil. Dia menyebut putusan itu "mengerikan".

"Kita harus melakukan apa pun guna melawan ketidakadilan yang memalukan ini dan untuk membebaskan mereka," kata dia via Twitter.

Jaksa sebelumnya meminta pengadilan Belarus menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara kepada Bialiatski, yang menyangkal semua tudingan yang dialamatkan terhadap dia.

Dia dan tiga terdakwa lainnya dituduh mendanai unjuk rasa dan menyelundupkan uang.

Kantor berita Belarus, Belta, mengonfirmasi vonis tersebut, termasuk vonis penjara selama sepuluh tahun untuk Bialiatski.

Bialiatski (60 tahun) adalah salah seorang pendiri kelompok hak asasi manusia, Viasna.

Dia menjadi salah seorang dari ratusan warga terkemuka Belarus yang dipenjara setelah pemerintah negeri itu menumpas unjuk rasa anti pemerintah yang berlangsung berbulan-bulan yang meletus pada musim panas 2020.

Aksi tersebut berlanjut hingga 2021.

Viasna berperan besar dalam memberikan bantuan hukum dan keuangan kepada mereka yang terpenjara.

Demonstrasi massal pecah setelah Alexander Lukashenko, yang lama berkuasa di Belarus, dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden 2020.

"Dakwaan terhadap kolega-kolega kami itu ada kaitannya dengan aktivitas hak asasi manusia mereka dan bantuan yang diberikan pusat hak asasi manusia Viasna kepada para korban penganiayaan dalam melawan dakwaan yang didasari motif politik," kata Viasna.

Bialiatski diganjar Hadiah Nobel Perdamaian pada Oktober tahun lalu atas kiprahnya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi.

Dia mendapatkan Hadiah Nobel itu bersama dengan kelompok hak asasi Rusia, Memorial, serta kelompok aktivis Ukraina, Center for Civil Liberties.

Dia ditangkap pada 2021 bersama dua rekan kerjanya dari Viasna.

Sumber: Reuters

Baca juga: Australia jatuhkan sanksi terhadap Presiden Belarus Lukashenko

Baca juga: AS kembali batasi ekspor ke Rusia dan Belarus

DPR RI Nilai Aung San Suu Kyi Tak Pantas Raih Nobel

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023