Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta pers fair terhadap pemerintah, dalam arti pemberitaannya haruslah berimbang."Presiden tidak senang diberitakan pemerintah selalu berhasil, pemerintah selalu benar dan hebat. Presiden menerima kritik. Tapi kalau sama sekali tidak ada ruang bahwa pemerintah juga bekerja, melakukan perbaikan ini itu, itu tidak fair. Tidak adil," kata Presiden seperti dikutip Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan seusai sidang kabinet yang membahas khusus persoalan ANTARA di Istana Negara, Jakarta, Senin.Sidang juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menko Perekonomian Boediono dan Menko Polhukam Widodo AS, serta sejumlah menteri terkait seperti Menkominfo Sofyan Djalil, Menteri BUMN Sugiharto, Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Seskab Sudi Silalahi, Menkumham Hamid Awaluddin, Mendagri Muh Ma`ruf dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Paskah Suzetta.Sementara dari ANTARA, dipimpin oleh Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan, Sekretaris Lembaga Rajab Ritonga, Direktur Pemasaran Alit B Wiratmaja, Wapempelred Umum Akhmad Kusaeni dan Kepala SPI Anton Siswandi.Presiden mengatakan, di negara demokrasi kebebasan pers itu sebuah keniscayaan. Namun, tetap ada etika dan aturan main dari pers sendiri yang menunjukkan kedewasaan."Pemberitaan harus seimbang. Misalnya, (media mengkritik) sudah lama Papua diabaikan, itu saya terima, kita perbaiki kebijakannya," kata Presiden.Contoh berita seimbang lain adalah dalam kasus busung lapar di Nusa Tenggara Barat (NTB). "Silahkan dikaji mengapa itu terjadi, koq NTB lumbung padi terjadi busung lapar. Apa solusinya" Dengan cara itu, pers tidak mesti memberitakan pemerintah selalu benar, selalu hebat," katanya.Presiden dengan panjang lebar menjelaskan sistim pers mulai dari yang liberal, totaliter sampai pers di Indonesia.Di sistem pers liberal sekalipun, kata Yudhoyono, pada titik tertentu ada keperpihakan kepada pemerintah dan negara. Sebagai contoh, media-media di Inggris tidak melawan pemerintah dalam perang memperebutkan Pulau Malvinas.CNN juga dalam kasus serangan 11 September dan Perang Irak menunjukkan keberpihakannya kepada pemerintah.Sementara itu, Asro Kamal Rokan mengatakan, ANTARA kini menjadi Kantor Berita Multimedia. LKBN Antara kini memiliki 250 pelanggan media cetak seluruh Indonesia, 60 stasiun radio dan 14 stasiun televisi.ANTARA bekerjasama dengan 31 kantor berita di seluruh dunia, selain kerja sama operasi dengan Reuters, AFP, DPA Jerman. Melalui kerja sama itu, setiap hari 30 berita dari Indonesia berbahasa Inggris disebarkan ke seluruh dunia.Bulan lalu, ANTARA menandatangani MoU dengan Bernama Malaysia. Sebanyak 50 berita ANTARA diterjemahkan dalam bahasa Arab untuk disebarkan ke seluruh negara di Timur Tengah."Insya Allah, tahun ini kami akan kirim berita berbahasa Mandarin dan Prancis, terutama berita-berita ekonomi bisnis," ujarnya.Menurut Asro, selain berita dalam bentuk teks dan foto, LKBN ANTARA telah memasuki era multimedia, dengan meluncurkan berita melalui televisi dan Insya Allah berikutnya melalui radio.Saat ini ada 45 televisi lokal dan 12 televisi nasional. "Mereka sangat antusias dan berharap ANTARA dapat memasok berita, minimal 9 berita sehari, terutama berita dari Istana. Bagi mereka, jika ANTARA konsisten mengirim berita, maka akan dapat menekan cost mereka dan mereka dapat melakukan liputan lain. Saat ini, selama uji coba, setiap hari TV ANTARA mengirim lima berita ke TV nasional dan empat TV lokal," lanjutnya.LKBN ANTARA juga sedang mempersiapkan kontens berita untuk radio. Saat ini terdapat lebih dari 800 stasiun radio di seluruh Indonesia. Ini pasar bagi ANTARA, mengingat kantor berita ini memiliki 33 biro di seluruh Indonesia.Secara paket, ANTARA dapat menyiapkan 20-25 berita setiap hari yang dapat disiarkan langung dari Jakarta."Niat kami mengisi konten berita radio didasari kepentingan bangsa dan negara, karena selama ini radio-radio tersebut menerima berita secara gratis dari radio asing," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006