Pancasila bukan agama dan tidak untuk menggantikan agama.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Deradikalisasi BNPT Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengatakan Pancasila bukan sebuah agama, melainkan merupakan ideologi yang mempersatukan bangsa Indonesia.
"Pancasila bukan agama dan tidak untuk menggantikan agama. Pancasila adalah dasar dan ideologi yang mempersatukan bangsa yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa dan budaya," kata Nurwakhid dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Hal itu dikatakan Nurwakhid dalam acara silaturahmi BNPT bersama mitra deradikalisasi di Jambi, Kamis (2/3).
Nurwakhid mengajak para mitra deradikalisasi benar-benar memahami konteks Hukum Allah yang dahulu dijadikan pegangan saat terlibat kasus terorisme.
Ia menjelaskan bahwa Hukum Allah adalah hukum untuk kemaslahatan dan hukum yang melarang kemudaratan, artinya adalah hukum yang memuat semua perintah dan larangan Allah.
"Ketika teman-teman dahulu menganggap negara ini sebagai kufar atau kafir karena belum berhukum Allah, pertanyaaan saya, larangan Allah mana yang tidak dilarang di Indonesia? Perintah Allah yang mana yang tidak dibolehkan negara Indonesia?" katanya.
Ia menegaskan bahwa suatu negara jelas harus sesuai dengan Syariat Allah, dan Indonesia sudah menerapkan syariat tersebut. Nurwakhid mencontohkan seperti istilah dalam bahasa Jawa seperti molimo atau 5 M (main, mendem, madon, madat, dan maling).
"Semua 5M itu dilarang tegas di Indonesia. 5M itu dilarang di Indonesia karena agama melarang, berzina dilarang karena agama juga melarang.mencuri, korupsi dilarang karena agama melarang, narkoba dilarang. Semua yang dilarang Allah dilarang di negara ini," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, bangsa Indonesia sudah sesuai dengan syariat Alllah meskipun masih ada yang melanggar atau salah. Maka, harus bersama-sama memperbaiki dengan cara yang benar.
Nurwakhid juga memberikan pesan kepada para mitra deradikalisasi untuk meningkatkan toleransi di tengah keberagaman di Indonesia, khususnya di Jambi.
Menurut dia, perbedaan adalah sunatullah dan berdasarkan kehendak Allah. Maka, masyarakat harus menghormati perbedaan.
Dalam acara tersebut, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Jambi Brigjen Pol. Irawan David Syah berharap kegiatan tersebut dapat membawa manfaat dan meningkatkan rasa cinta tanah air.
Dia berharap melalui pertemuan tersebut, menjadi renungan yang berharga agar semua pihak berkomitmen untuk benar-benar mencintai NKRI.
Kegiatan tersebut dihadiri sebanyak 16 mitra deradikalisasi beserta keluarga yang berasal dari Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain itu juga dihadiri aparat hukum wilayah dan unsur pemerintah daerah di Provinsi Jambi.
Baca juga: Boy Rafli Amar sebut cinta Tanah Air kunci capai Indonesia Emas 2045
Baca juga: BNPT-Densus 88 bangun soliditas dalam program deradikalisasi
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023