Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Jumat pagi, setelah Wall Street membalikkan kerugian di tengah sinyal pendekatan pengetatan kebijakan terukur dari Federal Reserve AS serta prospek pemulihan ekonomi yang solid di China.

Pasar global telah diterpa oleh serangkaian data AS yang kuat selama beberapa pekan terakhir, termasuk klaim pengangguran AS semalam, yang mengindikasikan Fed perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut dan lebih lama.

Tetapi investor menarik napas lega setelah Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia menyukai kenaikan suku bunga AS seperempat poin yang "lambat dan stabil" untuk membatasi risiko terhadap ekonomi.

Pasar juga mengawasi pertemuan tahunan parlemen China, yang dimulai pada Minggu (5/3/2023), untuk menetapkan target ekonomi dan memilih pejabat tinggi ekonomi yang baru.

Tanda-tanda yang muncul dari pemulihan ekonomi China yang stabil menyusul pelonggaran pembatasan yang ketat pada Desember, juga telah membantu menghidupkan kembali selera terhadap aset-aset yang lebih berisiko.

"Kami berharap pemerintah memberikan agenda kebijakan pro-pertumbuhan, dengan dukungan untuk sektor infrastruktur dan properti," kata analis di Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 0,5 persen pada awal perdagangan, di jalur untuk kenaikan mingguan pertama dalam lima pekan terakhir. Indeks naik 1,6 persen sejauh bulan ini. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 turun 0,07 persen pada 3.982, tetapi indeks utama berakhir naik dalam perdagangan reguler semalam.

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,36 persen, dibantu oleh kenaikan saham penambang dan keuangan, sementara indeks saham Nikkei Jepang melonjak 1,42 persen. Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 stabil di awal perdagangan dan indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,45 persen.

Saham-saham AS naik pada Kamis (2/3/2023), membalikkan kerugian sebelumnya, karena imbal hasil obligasi pemerintah mundur dari tertinggi sebelumnya, menyusul komentar suku bunga dari Presiden Fed Atlanta Bostic.

Dow Jones Industrial Average naik sekitar 1,0 persen, sementara S&P 500 dan Komposit Nasdaq keduanya naik sekitar 0,75 persen, bahkan Tesla Inc anjlok hampir 6,0 persen setelah perusahaan gagal mengesankan investor dengan sedikit detail tentang rencananya untuk meluncurkan kendaraan listrik yang terjangkau.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 4,0556 persen dibandingkan dengan penutupan AS 4,073 persen pada Kamis (2/3/2023). Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, naik menjadi 4,8913 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,904 persen.

Di pasar uang, indeks dolar yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 104,86. Indeks sekarang naik lebih dari 1,0 persen sejauh tahun ini, tetapi masih turun dari level tertinggi September di sekitar 114.

Dolar melemah 0,15 persen menjadi 136,55 yen, setelah naik ke 137,10 semalam, tertinggi sejak 20 Desember. Euro naik 0,08 persen menjadi 1,0602 dolar, setelah bergerak dari level terendah hampir dua bulan di 1,0533 dolar pada awal pekan.

Di pasar energi, harga minyak tetap kuat, didorong oleh tanda-tanda pemulihan ekonomi yang kuat di importir minyak mentah utama China dan berkurangnya kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang agresif.

Minyak mentah AS turun 0,36 persen menjadi diperdagangkan di 77,88 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent menyentuh 84,45 dolar AS per barel. Emas sedikit lebih tinggi. Emas spot diperdagangkan pada 1.839,95 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall Street menetap lebih tinggi setelah imbal hasil obligasi melemah
Baca juga: Emas tergelincir, investor aksi ambil untung setelah dolar AS menguat
Baca juga: Minyak turun di awal sesi Asia, tapi di jalur kenaikan mingguan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023