Jakarta (ANTARA News) - Pihak Istana menemukan bahwa nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun sejumlah pejabat di lingkungan Kantor Kepresidenan dicatut beberapa oknum yang mengaku sebagai keluarga presiden dan memberikan informasi palsu kepada para pejabat negara dan kedutaan besar asing di Jakarta.Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng kepada pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, mengatakan, informasi tentang kasus tersebut diterima oleh dirinya, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Juru Bicara Kepresidenan dan staf ahli presiden bidang luar negeri Dino Patti Djalal serta sejumlah kalangan lainnya di lingkungan Istana. "Ada orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai keluarga Presiden lalu menelepon pejabat negara, bahkan menelepon beberapa kedutaan negara sahabat yang memberi informasi keliru. Bahkan ada informasi bahwa mereka meminta uang pada pejabat negara tertentu. Kesemua itu tidak benar," kata Andi. Menurutnya, nomor-nomor telpon kartu prabayar yang digunakan para oknum yang mengatasnamakan Presiden Yudhoyono itu sudah di tangan dan diselidiki oleh pihak kepolisian. "Beberapa sudah ditangkap, bahkan ada satu yang mengklaim sebagai keluarga presiden dan setelah dilakukan pengusutan dilanjutkan penangkapan," ungkapnya. Tidak hanya Presiden Yudhoyono, oknum penipu ada juga yang mengatasnamakan Andi Mallarangeng yang dengan logat Makassar memberikan informasi bahwa Andi meminta tim dokter kepresidenan yang merawat mantan presiden Soeharto untuk datang ke Istana. "Beberapa pejabat negara mengatakan suaranya sangat mirip (dengan suara Andi Mallarangeng, red). Mereka memberi informasi yang tidak tepat, katanya saya menelpon tim dokter kepresidenan yang merawat Pak Harto untuk datang ke Istana, padahal saya sedang ada sidang kabinet," kata Andi. "Itu semua tidak benar. Atau pula ujung-ujungnya minta uang pada pejabat negara tersebut. Syukurnya para pejabat itu mengetahui nomor telepon saya sehingga bisa melakukan konfirmasi," tambahnya. Dengan demikian, ia meminta masyarakat waspada jika menerima telpon dari pihak yang mengaku keluarga presiden staf presiden, dekat dengan presiden, atau pembantu presiden karena kemungkinan besar, kata Andi, telpon itu tidak benar dengan tujuan memberikan informasi keliru ataupun meminta uang. "Jika ada telepon dari orang yang mengaku-ngaku itu harap mengkonfirmasikannya langsung pada orangnya. Langsung laporkan kepada polisi jika ada hal yang mencurigakan sehingga bisa dilacak," ujarnya. Seraya menyatakan dirinya tidak tahu apakah ada motif politik atau tidak dibalik penipuan tersebut, Andi mengatakan, sejauh ini pejabat-pejabat negara yang telah melaporkan kasus tersebut adalah antara lain pejabat tinggi negara, gubernur, bupati, walikota, TNI serta kalangan diplomat negara sahabat serta dokter kepresidenan. Andi mengungkapkan, berdasarkan laporan sementara hasil penyelidikan kepolisian, modus operandi penipuan tersebut adalah menggunakan telpon seluler dengan kartu prabayar. "Beberapa nomor yang berhasil kami dapatkan dari pejabat negara yang ditelepon oleh orang yang mengaku-ngaku itu. Mereka menggunakan beberapa nomor dan sedang dilacak apakah nomor-nomor itu saling berhubungan," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006