Bandung, (ANTARANews) - Hingga kini PT Bio Farma (Persero) sudah mengekspor vaksin ke 117 negara berkembang, termasuk negara-negara Islam, apalagi vaksin produk Bio Farma sudah mendapatkan prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen.
“Sampai sejauh ini tidak ada satu negara Islam pun yang mengharamkan vaksin produk Bio Farma yang digunakan untuk imunisasi. Selain itu kami tidak pernah menerima laporan adanya bahaya akibat imunisasi di negara-negara tersebut,” kata Sekretaris Perusahaan (Sekper) Bio Farma Rahman Rustan kepada ANTARA di Bandung, Selasa.
Menurut Rahman, negara-negara Islam dan negara-negara berkembang lainnya menyadari bahwa vaksin dan obat-obatan bukan merupakan pilihan karena bersifat “emergency” (darurat). Vaksin sangat diperlukan untuk pencegahan penyakit menular.
Ia juga mengemukakan, Bio Farma di dalam negeri mendukung pencapaian cakupan imunisasi nasional dengan melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi ke berbagai propinsi di Indonesia, seperti Yogyakarta, Makassar, Aceh, dan Papua. Sekitar 70 persen bahan baku vaksin yang diproduksi Bio Farma berasal dari dalam negeri.
Bio Farma juga menginisiasi forum riset vaksin nasional, termasuk pembentukan sembilan konsorsium untuk penelitian vaksin new TB, dengue, dan malaria. Tujuannya untuk mempercepat sinergi dan riset vaksin agar vaksin tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Rahman juga menjelaskan, perwakilan dari produsen vaksin Iran pada Pertemuan Tahunan ke-13 Jaringan Produsen Vaksin Negara-negara Berkembang (DCVMN) di Bali pekan lalu meminta bantuan Bio Farma karena industri vaksin Iran masih memiliki banyak keterbatasan.
“Kami punya banyak keterbatasan sehingga kami membutuhkan bantuan dari Bio Farma. Kita bisa saling mengisi kekurangan masing-masing," kata Dr. Mohammad Azizi selaku Deputy Director of Pasteur Institute of Iran (PII) di sela Konferensi DCVMN di Kuta, Bali, Kamis pekan lalu.
Menurut Azizi, masyarakat Iran dan negara-negara Islam lainnya sudah sangat familiar dengan beragam jenis vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma, seperti DPT, polio, dan campak.
Ia menganggap Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia sangat penting bagi Iran, termasuk untuk kepentingan berbagi pengalaman tentang produksi vaksin, baik secara kuantitas maupun kualitas.
“Industri vaksin menjalankan pekerjaan yang mulia. Dalam ajaran Islam tidak boleh seseorang melukai orang lain. Dengan menolak vaksin, berarti sama dengan melukai diri-sendiri atau orang lain. Bahkan, di dalam Al-Quran disebutkan, menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan seluruh umat manusia," katanya.
PII selama ini juga memproduksi vaksin yang sama dengan vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma, seperti DPT, polio, dan campak. Namun vaksin yang diproduksi di Iran itu belum lulus prakualifikasi WHO, demikian Azizi.
Pewarta: Arief Pujianto
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2012
Jikalau anda masih ragu halal-haramnya, yasudah tidak usah pake aja. Toh setau saya gada yg maksa. Halal-haram jg masalah kepercayaan.
2. pengobatan darurat bukan berarti dengan bebas memasukann barang yang diharamkan/ najis (karena epeknya akan merusak aqidah) sama halnya mencuci pakaian dengan air kencing.
induk/biang dari vaksin itu sendiri didapat dari mana?, dikembangkan dimana?