New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), terbebani oleh menguatnya mata uang komoditas yang diuntungkan oleh data aktivitas manufaktur China yang kuat, serta kenaikan euro setelah inflasi Jerman melonjak bulan lalu dan mengangkat ekspektasi kenaikan suku bunga zona euro.
Seiring dengan dolar Australia dan Selandia Baru, yuan China naik setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur China berkembang pada laju tercepat dalam satu dekade, menghancurkan ekspektasi. Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi melonjak menjadi 52,6 bulan lalu dari 50,1 pada Januari.
Aktivitas non-manufaktur China juga tumbuh lebih cepat di Februari, dan pembacaan PMI manufaktur Caixin/S&P Global untuk bulan lalu melampaui ekspektasi pasar.
"Pasar benar-benar merespons beberapa data lain di luar AS," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di firma penasehat valuta Klarity FX di San Francisco.
Baca juga: Reli dolar AS terhenti, data PMI China optimis picu pengambilan risiko
"Terkemuka hari ini adalah kinerja luar biasa dalam beberapa mata uang komoditas. Pasar sedang membaca data PMI China. Itu adalah laporan yang sangat kuat dan menunjukkan China kembali dengan sepenuhnya," tambah dia.
Kinerja terbaik lainnya adalah euro, yang naik 0,8 persen menjadi 1,066 dolar, didorong oleh laporan inflasi Jerman. Para pedagang mengatakan ada opsi besar untuk euro berakhir di 1,07 dolar, menunjukkan ruang lebih lanjut untuk menguat dalam mata uang tunggal Eropa.
Harga konsumen Jerman, yang diselaraskan untuk dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya, naik lebih dari yang diperkirakan dan mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) setelah data menunjukkan tidak ada penurunan tekanan biaya yang membandel.
"Pembacaan inflasi Jerman mendukung ekspektasi bahwa ECB akan melakukan sesuatu yang lebih di sini dan itu membantu euro," kata Sahota dari Klarity.
Angka yang dirilis pada Selasa (28/2/2023) menunjukkan percepatan inflasi di Prancis dan Spanyol, dua ekonomi terbesar zona euro.
Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar turun 0,5 persen menjadi 104,42.
Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia, Aussie turun karena ekonomi melambat
Dolar juga menambah kerugian setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Februari. PMI manufaktur ISM naik tipis menjadi 47,7 bulan lalu dari 47,4 pada Januari, kenaikan pertama dalam enam bulan. Pembacaan PMI di bawah 50 menunjukkan kontraksi di bidang manufaktur.
Indeks dolar naik hampir 3,0 persen pada Februari, kenaikan bulanan pertama setelah penurunan beruntun empat bulan, karena banyaknya data ekonomi AS yang kuat dalam beberapa minggu terakhir meningkatkan ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih jauh.
Pasar berjangka menaikkan memperkirakan puncak suku bunga pada Rabu (1/3/2023) menjadi 5,46 persen pada September.
Di tempat lain, dolar datar terhadap yen Jepang di 136,20 yen, setelah mata uang AS naik hampir 5,0 persen pada Februari, kenaikan bulanan terbesar sejak Juni.
Yuan menyelesaikan sesi domestik di 6,8729 per dolar, penutupan terkuat sejak 21 Februari, sementara yuan di pasar luar negeri melonjak 1,1 menjadi 6,8779 per dolar, ditetapkan untuk kenaikan satu hari terbesar sejak akhir November.
Dolar Selandia Baru melonjak 1,0 persen menjadi 0,6248 dolar AS, sementara dolar Australia naik 0,4 persen menjadi 0,6752 dolar AS, membalikkan penurunan ke level terendah dua bulan pada Rabu pagi menyusul data ekonomi domestik yang lemah.
Baca juga: Yuan China terangkat 119 basis poin menjadi 6,9400 terhadap dolar AS
Kedua mata uang tersebut sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan.
Sterling diperdagangkan sedikit berubah hari ini di 1,2016 dolar, setelah Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey mengatakan ada kemungkinan bank sentral telah sampai pada akhir siklus kenaikan suku bunga.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023