Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit leptospirosis yang kerap muncul pada sejumlah kawasan banjir.
"Penting kewaspadaan kita, apalagi musim hujan dan musim banjir, khususnya mewaspadai leptospirosis," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Rabu.
Kementerian Kesehatan menyebutkan leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Baca juga: Kemenkes teliti virus dan bakteri terkait ginjal akut
Baca juga: Tingkat kematian tinggi warga Yogyakarta diminta waspada leptospirosis
Leptospirosis dapat menyebar melalui air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.
Seseorang dapat terserang Leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut atau kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
Menurut Nadia, per Desember 2022 terdapat 1.408 kasus leptospirosis yang dilaporkan dinas kesehatan provinsi kepada Kementerian Kesehatan, sebanyak 139 kasus di antaranya dinyatakan meninggal.
"Leptospirosis juga dapat menyebabkan kematian walau jumlahnya kecil," katanya.
Sejumlah provinsi dengan laju kasus tertinggi pada periode tersebut di antaranya Jawa Tengah sekitar 502 kasus, kematian 70 jiwa, dan Case Fatality Rate (CFR) berkisar 13,94.
Kemudian Provinsi Jawa Timur mencapai 401 kasus, 14 kematian, dengan CFR 3,49. Yogyakarta sebanyak 235 kasus, 13 kematian dan CFR 5,53.
Provinsi Jawa Barat berkisar 187 kasus, 30 kematian, dan CFR 16,04. Provinsi Banten 64 kasus, 12 kematian, dan CFR 18,75. Provinsi DKI Jakarta melaporkan tujuh kasus, nol kematian, dan CFR 0,00.
"Itu adalah provinsi yang rutin mendeteksi dan melaporkan kasus leptospirosis. Belum tentu provinsi lain nol, tidak ada kasus. Tapi mungkin tidak dilaporkan," ujarnya.
Sebagian gejala leptospirosis muncul dua sampai empat pekan setelah terinfeksi bakteri leptospira, berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, mata merah, nyeri otot, sakit perut, hingga bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
Leptospirosis bisa dicegah dengan mengenakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat anda bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri leptospira.
Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas. Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam, hingga melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak.*
Baca juga: Kemenkes minta masyarakat waspadai leptospirosis, DBD dan malaria
Baca juga: Satu warga Sleman meninggal akibat leptospirosis
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023