Denpasar (ANTARA) - Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Bali menyatakan pencarian 10 warga korban KM Linggar Petak 89 yang terbalik dan tenggelam di perairan Samudera Hindia, pada Selasa (28/2), terkendala cuaca ekstrem yakni angin kencang dan ombak tinggi.

"Kapal kita baru sandar untuk melakukan pencarian, di lokasi yang kita cari hampir empat jam tadi tidak menemukan korban ataupun bangkai kapal karena terkendala cuaca, angin sangat kencang dan ombaknya semakin tinggi dan tidak ada pulau berlindung kapal kita balik," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Bali Gede Darmada di Denpasar, Bali, Rabu.

Dia mengatakan operasi tim SAR gabungan Basarnas dan Polairud Polda Bali yang dimulai pada pukul 07.00 WITA hingga pukul 13.00 WITA masih belum membuahkan hasil.

"Hasil masih nihil. Kita masih berkomunikasi juga masih ada dua kapal masih melakukan pencarian, namun belum ada hasil juga untuk mencari korban lainnya," kata dia.

Baca juga: Basarnas cari 10 penumpang KM Linggar Petak 89 di Samudera Hindia

Baca juga: Tim SAR temukan jasad masinis II kapal yang tenggelam di Sungsang

Operasi pencarian KM Linggar Petak 89 yang mengangkut 15 penumpang dikabarkan tenggelam di dihantam ombak tenggelam sekitar pukul 13.00 WITA di perairan Samudera Hindia itu masih menunggu penjemputan empat orang yang terkonfirmasi selamat.

Keempat korban selamat dan satu orang meninggal dunia hingga kini sedang dievakuasi oleh KM Bahari Nusantara menuju pelabuhan Benoa, Bali.

Tetapi, kata Darmada, evakuasi tersebut juga terkendala oleh cuaca ekstrem yang terjadi di Samudera Hindia.

"Rencananya akan dievakuasi ke pelabuhan Benoa, tetapi karena masih pencarian dan cuaca belum menguntungkan dan masih terkendala komunikasi baik dengan kita maupun pihak pemilik (owner). Sampai saat ini, kami masih terputus komunikasi dengan dia. Yang jelas pagi tadi rencana akan dievakuasi ke Benoa," kata Darmada.

Kapal KM Bahari Nusantara yang membantu mengevakuasi korban tenggelam, berangkat sejak dua hari lalu tanggal 27 Februari 2023. Informasi mengenai kapal tenggelam bermula dari KM Bahari Nusantara pada 28 Februari 2023 yang melintas di sekitar lokasi, kemudian melaporkan hal tersebut kepada Basarnas Bali untuk segera diberikan pertolongan.

Darmada mengatakan hingga kini pihaknya masih belum mengetahui secara pasti kedalaman laut di perairan kapal KM Linggar Petak 89 yang terbalik.

"Kita nggak tau, ya, tapi namanya Samudra Hindia, kedalamannya di atas 100 (meter) dan penyebabnya sesuai laporan dihantam gelombang besar dan angin kencang," kata dia.

Pihaknya juga belum memastikan berapa ketinggian ombak yang menyebabkan Kapal Motor Linggar Petak sampai terbalik menyebabkan 15 orang terhempas di lautan.

"Keterangan pelapor yang didapat dari nakhoda yang kebetulan selamat itu, dia hanya cerita gelombang besar saja, tapi ketinggian tidak pasti. Biasanya di Selatan Bali itu rata-rata 45 meter, disertai angin kencang, bedanya kecepatan rata-rata di atas 25 knot di Selatan Bali," kata Darmada.

Menurut dia, pencarian akan dilanjutkan pada Kamis 2 Maret 2023 sambil memperhatikan himbauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hal itu penting, mengingat keselamatan personel yang terlibat pencarian juga menjadi pertimbangan tersendiri.

"Besok kita akan pertimbangkan juga karena kita harus menjaga keselamatan ABK saya juga karena prediksi BMKG di Selatan Bali itu sampai saat merah, malah hitam, dengan gelombang tinggi dan kecepatan angin kencang yang kita rasakan saat ini," kata dia.*

Baca juga: Nakhoda Tugboat Sinar Pawan 1 ditemukan meninggal dunia

Baca juga: Tim SAR cari kru tugboat tenggelam di Kendawangan Ketapang

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023