Vientiane (ANTARA News) - Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan hari ini, Minggu (4/11), tiba di Vientiane, Laos untuk mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Europe Meeting (ASEM) ke-9 yang akan berlangsung pada 5-6 November 2012.

Pada pertemuan ke-9 ini, para kepala negara anggota ASEM akan membicarakan beberapa isu penting, baik mengenai bidang politik-keamanan, ekonomi dan keuangan, isu global dan regional, maupun kerja sama dan kebudayaan.

Sementara itu, terkait bidang ekonomi, Mendag mengungkapkan bahwa Indonesia akan membagi pengalamannya dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tengah krisis.

“Para Kepala Negara juga akan membahas situasi perekonomian dunia dan pemulihan dari krisis global, pengembangan ekonomi hijau (green economy), reformasi institusi-institusi keuangan internasional, fasilitasi dan liberalisasi perdagangan dan investasi, serta konektivitas antar regional,” imbuh Mendag.

Pada hari ini, Mendag bersama beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II lainnya mendampingi Presiden RI dalam pertemuan bilateral dengan Presiden dan Perdana Menteri Laos.

Dalam pertemuan bilateral antara Presiden RI dan Presiden Laos, kedua Kepala Negara membahas hubungan kedua negara secara umum, sedangkan dalam pertemuan Presiden RI dengan PM Laos, kedua Kepala Pemerintahan membahas berbagai kerja sama di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, serta kemajuan pencapaian ASEAN Economic Community 2015.

Total perdagangan Indonesia dan Laos dalam periode 2007-2011 tumbuh 12,44% dan mencapai USD 9.9 juta pada tahun 2011.

“Ruang untuk peningkatan perdagangan masih besar asal kita mampu mengatasi berbagai hambatan. Salah satu hambatan dagang kedua negara adalah masih lemahnya konektivitas.

Produk-produk makanan Indonesia yang ada di Laos misalnya, sebagian besar masuk melalui negara anggota ASEAN yang sudah memiliki konektivitas lebih baik dengan Laos namun harganya menjadi relative lebih tinggi karena ada tambahan biaya transportasi,” jelas Mendag.

Ekspor Indonesia ke Laos meningkat 22,19% selama periode 2007-2011 dan mencapai nilai USD 8,6 juta di tahun 2011. Sedangkan impor Indonesia dari Laos tumbuh negatif 5,53% antara 2007-2011 mencapai USD 1,3 juta di tahun 2011, yang menghasilkan surplus perdagangan bagi Indonesia sebesar USD 7,3 juta pada tahun tersebut.

Direktur Jenderal Perdagangan Kerja Sama Internasional Iman Pambagyo menambahkan bahwa sektor jasa Indonesia sudah mulai masuk ke Laos. Meskipun jumlahnya belum besar, tapi sudah ada tenaga kerja Indonesia, seperti manajer restoran dan hotel di Laos.

“Sementara untuk produk barang, Indonesia berpotensi untuk mengekspor produk makanan dan minuman, kendaraan dan suku cadangnya, obat-obatan serta mesin pertanian ke Laos,” terangnya.

Perekonomian Laos sendiri didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini menyumbang sekitar 51% Produk Domestik Bruto (PDB) Laos, dan menyediakan lapangan kerja bagi 80% tenaga kerja Laos.

Sektor lain yang penting bagi Laos adalah sektor tambang, terutama untuk produk tembaga, timah, emas dan gypsum. Kemudian komoditas dan sektor lain yang penting antara lain kehutanan, tenaga listrik, konstruksi, garmen, semen dan pariwisata.

Asia-Europe Meeting (ASEM) secara resmi dibentuk pada tahun 1996 pada Konferensi Tingkat Tinggi pertamanya di Bangkok, Thailand. ASEM merupakan forum antar regional yang terdiri dari 27 negara anggota Uni Eropa, 10 negara anggota ASEAN, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, Korea Selatan, Australia, Rusia, Selandia Baru, India, Pakistan, Mongolia, Sekretariat ASEAN dan Komisi Uni Eropa.

Komponen yang ada dalam ASEM adalah dialog politik, keamanan dan ekonomi, serta pendidikan dan kebudayaan, atau yang dikenal sebagai tiga pilar kerjasama. Secara umum, ASEM dimanfaatkan sebagai forum untuk memperdalam hubungan dalam berbagai sektor antara Asia dan Eropa.

(*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012