Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin pagi, melemah menjadi Rp9.320/9.335 per dolar AS ,dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu pada posisi Rp9.150/9.202 atau turun 170 poin, akibat berlanjutnya aksi lepas rupiah. "Melemahnya rupiah terhadap dolar AS terutama disebabkan pelaku lokal terus memburu mata uang asing itu yang mengakibatkan rupiah kembali tertekan," kata analis Valas PT Panin Bank, Jasman Ginting, di Jakarta. Ia mengatakan merosotnya rupiah saat ini sebenarnya sudah diduga sebelumnya hanya menunggu waktu saja, akibat kenaikan yang terlalu cepat. "Namun masih ada ruang untuk rupiah bisa bergerak naik lagi," ujarnya. Apalagi ada isu baru yang keluarkan Moody`s Investor Service mengenai peringkat baru Indonesia yang diharapkan akan membantu penguatan rupiah, tambahnya. Menurut dia, dolar AS menguat karena mendapat dukungan dari investor Jepang yang membeli dolar AS dan melemah yen. Investor Jepang mencari untung setelah yen pada pekan lalu menguat terhadap dolar AS yang dipicu oleh laporan bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang makin membaik, katanya. Dolar AS terhadap euro menguat menjadi 1,2735 dari sebelumnya 1,2775 dan euro terhadap yen jadi 142,70, dolar AS terhadap yen jadi 113 dari sebelumnya 112. Ia mengemukakan investor asing menginginkan bunga BI Rate tetap berkisar di level 12,50 persen dan tidak akan turun lagi. "Apabila BI Rate turun, maka spread yang diperoleh akan semakin rendah dan hal ini yang tidak diinginkannya," katanya. Kenaikan rating bantu rupiah Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono, mengharapkan kenaikan peringkat baru Indonesia yang dikeluarkan oleh Moody`s Investors Service akan membantu penguatan rupiah. "Karena itu (peringkat) up grade (kenaikan) di Moody`s mudah-mudahan bisa membantu penguatan rupiah," katanya. Lembaga pemeringkat Moody`s Investors Service, menaikkan rating atau peringkat Indonesia karena kemajuan yang substansial dan kokoh dalam keuangan negara dan membaiknya pengelolaan fiskal di tahun terakhir. Moody`s menyebutkan peringkat batas atas kurs mata uang asing untuk surat berharga dan peringat surat berharga pemerintah dalam mata uang domestik dan asing meningkat menjadi "B1" dari sebelumnya "B2". Dengan adanya peningkatan peringkat dari Moodys tersebut diharapkan juga akan diikuti kenaikkan peringkatan utang Indonesia oleh lembaga-lembaga lain seperti Standard & Poors serta Fitch. Kenaikan peringkat itu juga diharapkan akan mempengaruhi masuknya investor asing. "Selain itu juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap masuknya investor, baik untuk pasar obligasi maupun pasar modal," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006