Beijing (ANTARA/PRNewswire) -- Serial "The Art Beat" yang terdiri atas enam episode, ditayangkan secara perdana di televisi CGTN dan beragam platform media sosial pada 22 Januari lalu, menampilkan enam seniman kontemporer ternama Tiongkok—lima pelukis dan satu konduktor. Diproduksi dalam beragam bahasa, serial ini mengangkat peran dunia seni, dengan mengabadikan semangat zaman, dalam menyampaikan kisah Tiongkok dari sisi kebudayaan.
 
Lewat kisah keenam seniman ini, serta menilai pengaruh dan inovasi yang tecermin dari karya mereka, serial ini mengeksplorasi cara seniman menggambarkan dan memengaruhi zamannya. Keenam seniman ini, mengambil inspirasi dan keunggulan karya lukis dan musik tradisional Tiongkok, selalu berkutat dengan masa depan dunia seni di tengah dunia masa kini yang cepat berubah.


"Menggambar juga bagian dari proses pengembangan diri," ujar Chen Jialing, sosok terkemuka di bidang seni lukis dengan tinta tradisional Aliran Shanghai. Chen, dikenal atas karyanya yang melukiskan plum ketika bermekaran, memakai garis-garis bebas secara inovatif untuk melukiskan realita dan dunia sekitarnya.


"Lukisan dan kehidupan, sebelumnya merupakan dua garis berbeda. Saat Anda berjalan semakin jauh, dua garis ini bergabung menjadi satu," kata Jia Guangjian, Dekan, Tianjin Academy of Fine Arts. Jia, mengambil inspirasi lukisan dari kehidupan nyata, membangkitkan kembali teknik lukis boneless dan memperkenalkannya dalam dunia seni kontemporer.


"Sebuah lukisan harus mencerminkan perubahan waktu. Saya mengikuti tren modern," jelas Fan Yang, Pembimbing Doktoral di Chinese National Academy of Arts. Setiap hal yang mencuri perhatiannya dapat menjadi subjek lukisan, mulai dari perawat yang menangani pasien Covid-19 hingga pemandangan spektakuler. Sebagai sosok yang peka terhadap perubahan zaman, Fan telah bertahun-tahun membuat karya lukisan yang menjadi rekaman visual dari perkembangan dunia sekitarnya.


"Anak ajaib di dunia seni" Wang Mingming belajar melukis dari usia lima tahun. "Saya telah mencoba mengangkat semangat Tiongkok dan menemukan konsep seni yang menjadi unsur utama di balik seni khas Tiongkok," ujarnya. Wang kini semakin yakin bahwa dunia seni Tiongkok harus mengikuti karakteristik Tiongkok.


"Kita harus melestarikan esensi dari seni kuno sekaligus merefleksikan semangat dan kebudayaan kontemporer," kata Feng Dazhong, pelukis yang terlahir dari keluarga petambang di Provinsi Liaoning pada 1949. Fen dikenal atas karya lukis harimau yang berani dan penuh terobosan, bahkan lukisan harimau ini dijuluki "harimau terindah di seluruh dunia."


"Saya mendukung langkah memopulerkan musik klasik. Kalau ada yang membutuhkannya, saya akan memenuhinya," kata Zheng Xiaoying, konduktor perempuan pertama di Tiongkok, dan musisi Tiongkok pertama yang tampil di gedung opera luar negeri. Sosok berusia 93 tahun ini mengabdikan hidupnya untuk memupuk jiwa dan raga berbagai orang dengan karya musik. Pada akhir 2022, dia dan muridnya, Wu Lingfen, usia gabungan keduanya mencapai 170 tahun, mementaskan opera berjudul "La Traviata".


"The Art Beat" musim pertama berhasil mendapat sambutan hangat dari audiens internasional yang menilai serial ini "inspiratif" dan "memukau". Musim keduanya, segera ditayangkan pada pertengahan 2023, akan menampilkan semakin banyak seniman Tiongkok yang berupaya melestarikan dan melakukan inovasi seni di tengah pesatnya perubahan sosial.


Source : CGTN


Press Contact


NARAHUBUNG: Jiang Simin, +86-188-2655-3286, cgtn@cgtn.com

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023